Majalahaula.id – Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) menggulirkan program Keliling Jabar Belajar Literasi Baik Asyik dan Fun (Kejar Tabayyun) dengan membidik kalangan pesantren untuk mengantisipasi peredaran berita hoaks.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, mengatakan langkah tersebut dilakukan sebab peredaran berita hoaks bukan saja terjadi di lingkungan masyarakat, melainkan sudah masuk ke ranah pesantren.
“Tahun kemarin kepada masyarakat umum dan sekarang kepada pondok pesantren, karena mohon maaf, terkadang pondok pesantren pun agak sedikit tidak kuat ya untuk menahan gelombang informasi hoaks ini. Terutama para santri yang sudah melek teknologi di perkotaan,” jelas Uu kepada wartawan di Pondok Pesantren Syamsul Ulum, Kota Bandung, Jumat (10/2/2023).
Pemprov Jabar melalui Jabar Saber Hoax memberikan pengertian dan bimbingan kepada para santri termasuk ustad dan ustadzah tentang informasi hoaks.
“Satu Minggu sekali kami meng-update dan memilah informasi yang beredar di masyarakat. Kalau tidak disaring seperti ini masyarakat banyak yang percaya dengan informasi yang beredar di media sosial,” ungkapnya.
Uu mengimbau masyarakat untuk senantiasa selektif akan kebenaran sebuah informasi. Maka, kata dia, disarankan untuk melihat media massa yang mainstream.
“Kalau memang benar ada di media mainstream berarti informasi itu berdasarkan fakta sebenarnya,” tegasnya.
Uu mencontohkan maraknya kasus penculikan terhadap anak. Akibat beredarnya informasi hoaks sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang menimpa penjual jaket di Sumatera Selatan dengan dituduh sebagai penculik.
“Itu terjadi karena termakan oleh isu hoaks,” ujarnya.
Kedepannya, Pemprov Jabar secara masif akan mensosialisasikan bahaya berita hoaks dengan membidik kalangan pesantren di 27 Kabupaten/Kota Jawa Barat.
“Saat ini memang baru dua pesantren karena anggaranya baru bisa dilaksanakan. Insya Allah semuanya akan dilakukan di seluruh wilayah Jawa Barat,” kata Uu.
Wagub Jabar ini mengakui sampai saat ini pihaknya tengah fokus membidik pesantren yang ada di perkotaan. Pasalnya, menggunakan handphone sudah menjadi kewajiban di kalangan santri yang ada di wilayah tersebut.
“Mohon maaf kalau santri yang di pedesaan jarang yang punya handphone. Tapi itu juga tidak tertutup kemungkinan untuk jadi pilot project kami untuk selanjutnya,” jelasnya.
Sementara itu, pada kegiatan ini juga dilakukan doa bersama bagi korban gempa bumi di Turki dan Suriah. UU menyampaikan belasungkawa kepada para muslim yang terkena bencana.
Dia menyebutkan, sampai saat ini belum mendapat informasi ada korban jiwa yang berasal dari Jawa Barat. Meski demikian, pihaknya akan terus memantau perkembangan di lokasi kejadian sebab belum semua korban bencana ditemukan.
“Kita doakan mudah-mudahan mereka husnul khatimah. Kita juga tahu bahwa jika meninggal karena bencana termasuk sahid. Kita doakan yang terbaik bagi mereka di sana,” pungkasnya.