Majalahaula.id – Wilayah paling ujung barat Indonesia pun tak kalah semangat menyambut harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU). Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Aceh bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh menggelar Seminar Nasional 1 Abad NU di Aula Auditorium Ali Hasyimi pada Senin (30/1/2023). Seminar ini mengangkat tema Merawat Raga Memperkuat bangsa untuk Peradaban Dunia ini digelar sebagai kegiatan menyambut harlah 1 Abad NU.
Ketua Pelaksana sekaligus Wakil Ketua PWNU Aceh Tgk Iskandar Zulkarnain mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan satu dari beberapa rangkaian acara yang digelar di Aceh untuk menyongsong 1 Abad NU. Rangkaian acara tersebut meliputi Rakor PWNU yang diikuti 23 PCNU Se-Aceh, penanaman 2.000 batang pohon di Kuta Malaka, ziarah, ddzikir dan doa di Pesantren Samahani, serta Seminar Nasional 1 Abad NU tersebut.
Tgk Iskandar berharap kegiatan-kegiatan tersebut mampu lebih membangkitkan ghirah atau semangat Nahdlatul Ulama di provinsi berjuluk Serambi Makkah tersebut.
Sementara Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Mohammad Mukri yang menjadi pembicara pada kesempatan tersebut memaparkan peran PBNU dalam melakukan pembinaan umat. Rektor Universitas NU Blitar ini juga memaparkan visi dan misi serta kiprah perjuangan NU melalui nilai-nilai Aswaja di bumi Indonesia.
“Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan (jami’yah diniyah ijtima’iyah) selalu mereformasi diri sesuai dengan perkembangan zaman, namun tetap dalam kerangka Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) sebagai nilai dan ajaran pokok dalam pergerakannya,” ungkapnya dalam acara yang disiarkan langsung kanal Youtube UIN Ar-Raniry.
Dalam perjalanannya, NU telah membuktikan kiprah di tengah dinamika yang terjadi di Indonesia. Sejarah perjuangan Nahdlatul Ulama di antaranya bisa dilihat dari fakta sejarah Muktamar NU 1936 di Banjarmasin menyatakan bahwa Indonesia adalah Darussalam. “Dilanjut dengan sejarah para tokoh NU terlibat aktif membidani kemerdekaan Indonesia. Melalui BPUPKI dan PPKI pada tahun 1945,” ungkapnya.
“Pada 22 Oktober 1945 NU menyerukan Resolusi Jihad yang kewajiban mengangkat senjata mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” imbuhnya.
Pada 1965 lanjut Prof Mukri, NU berdiri di garis terdepan melawan PKI dan menyelamatkan Pancasila. Perjuangan berlanjut dengan menjadi Ormas yang pertama kali menerima Pancasila sebagai asas tunggal. “NU juga merupakan Ormas yang terlibat aktif melahirkan era reformasi dan menolak radikalisme agama dan sentimen SARA, yang kini mengancam keutuhan NKRI,” tegasnya.
NU bersama puluhan juta warganya juga secara istiqamah sampai saat ini membentengi Indonesia dari ekstremisme kiri maupun ekstremisme kanan dan menjadi payung besar tegaknya toleransi beragama di Indonesia. “NU juga tidak pernah sekalipun melakukan bughat/makar terhadap Pancasila dan NKRI. Meski di-bully, difitnah, dan dicaci tetap berdiri membela NKRI,” katanya.
Prof Mukri juga memaparkan tentang sikap kemasyarakatan yang senantiasa dikedepankan NU yakni moderat (tawassuth), seimbang (tawazun), toleran (tasamuh), dan adil (i’tidal). Selain NU juga selalu memegang trilogi ukhuwah yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).(Vin)