Majalahaula.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Pol Boy Rafli Amar berkunjung ke Ponpes Lirboyo kemarin. Di depan para santri, jenderal bintang tiga itu mengajak mereka untuk memerangi intoleransi hingga mewaspadai praktik politik identitas. Terutama jelang tahun politik pada 2024 nanti.
Dalam acara kuliah umum di Aula Al Muktamar Lirboyo, Boy mengungkapkan jelang tahun politik biasanya narasi intoleransi dan radikalisme kian marak. Karenanya, BNPT ikut mengawasi hal tersebut. Kedatangannya ke Ponpes Lirboyo kemarin menurut Boy juga untuk berkoordinasi terkait hal itu. Tujuannya untuk menjaga stabilitas negara dan situasi agar kondusif.
“Memang saat ini mau masuk tahun politik. Bahaya intoleransi, radikalisasi juga pasti muncul. Kita harus kuat,” terangnya sembari menyebut potensi intoleransi dan radikalisasi masih akan terus ada.
Praktik intoleransi dan radikalisasi menurut Boy sebenarnya tetap terjadi di luar tahun politik. Karenanya, pencegahan harus terus dilakukan agar paham yang berbahaya itu tidak semakin berkembang.
Selama ini menurutnya BNPT juga melakukan pengamatan dan koordinasi. Hasilnya, semua dinilai masih dalam batas wajar. “Namun harus tetap dikontrol agar narasi – narasi intoleran tidak sampai dominan,” papar Boy sembari menyebut pihanya mencegah agar tidak berkembang jadi aksi teror.
Karenanya, saat berkunjung ke Ponpes Lirboyo kemarin, Boy sekaligus memberi semangat kepada para santri untuk tetap cinta pada tanah air. Sekaligus, menjadi pelopor semangat kebangsaan di Indonesia. “Sebagai generasi penerus bangsa, mahasantri Lirboyo ini harus tetap memiliki karakter nasionalisme, toleransi, dan cinta perdamaian,” urainya.
Perwira tinggi yang pernah menjabat Kapolda Papua itu menyebut aksi intoleransi dan radikalisasi di Kediri masih dalam batas wajar. Jika semua elemen di daerah sepakat untuk menjaganya, Boy optimistis situasi akan tetap kondusif.
Mengamini pernyataan Boy, Pengasuh Ponpes Lirboyo Kiai Abdullah Kafabihi Mahrus juga mengajak pemerintah untuk waspada. Terutama terkait paham ekstrem kanan sampai ekstrem kiri untuk menjaga keseimbangan.
Hal tersebut menurut Kiai Kafa jadi tugas pemerintah. Dia mewanti-wanti agar nanti tidak muncul gerakan yang membahayakan kedaulatan rakyat.
Menurut Kiai Kafa gerakan cinta tanah air dan belajar agama harus seimbang agar tidak salah kaprah. “Jangan belajar agama yang mengajarkan kekerasan, harus kepada yang benar,” tandasnya.