Majalahaula.id – Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo (9 Juli 1898 – 10 November 1948) adalah Gubernur Pertama Jawa Timur yang memerintah tahun 1945 – 1948. Tahun ini Haul Gubernur Soerjo diselenggrakan di GOR Ki Magati, Magetan, Jawa Timur dimulai tanggal 15 hingga 19 November 2022.
Haul yang dikemas dalam “Festival Gubernur Soerjo” ini menampilkan berbagai acara. Antara lain, festival band, gelar produk2 UMKM dari berbagai daerah di Jawa Timur dan kegiatan lainnya. Serta pelatihan memproduksi kain ecoprint dengan instruktur tim dari AEPI (Asosiasi Eco-Printer Indonesia) Wil. Jawa Timur.
Sebanyak 25 peserta, semuanya adalah ibu-ibu kader dar beberapa Kecamatan di Kabupaten Magetan. Diharapkan setelah mengikuri pelatihan ecoprint, mereka bisa menularkan ilmunya kaepada warga di sekitarnya. Mereka mengikuti pelatihan dasar ecoprint di aula GOR Ki Mageti pada Selasa (15/11) pagi hingga sore hari. Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing mereka dalam mengembangkan usaha. Pelatihan tersebut dibimbing langsung oleh para pakar ecoprint dari AEPI (Asosiasi Ecoprint Indonesia) Jatim dengan Ketua Riamah M.Doulat.
Salah satu peserta, Siti Jaenatun mengaku baru kali pertama belajar ecoprint. Menurutnya, produk kreasi cetak daun di atas kain itu sedang tren. Ia berniat untuk mengembangkan usaha setelah mengikuti pelatihan.
“Sangat bagus dan inspiratif. Kedepan, ketrampilan ini bisa menambah penghasilan keluarga. Apalagi suami sudah pensiun, jadi saya harus kreatif,” kata warga Desa Tawang Anom itu.
Yang disampaikan Siti sama dengan Diah Ayu Kusumawati. Dia menyampaikan keikutsertaannya untuk menambah pengalaman. Selama ini, dia memiliki usaha tas kain. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan ecoprint, ia dapat mengaplikasikan hasil ecoprint dalam pengembangkan produknya.
“Nanti akan saya coba di rumah,” terangnya.
Sementara itu Ketua APEI Jatim Riamah, menjelaskan ecoprint terus tumbuh dan berkembang. Berawal dari hobi, kini produk ecoprint berpotensi menambah penghasilan.
“Apalagi di masa pandemi, banyak para suami terkena PHK. Maka para istri turut berjuang untuk mensejahterakan keluarga, karena akhirnya mereka menjadi tulang punggung keluarganya dengan menambah penghasilan dengan memproduksi ecoprint,” tutur Riamah yang mengaku mulai serius belajar ecoprint sejak 3 tahun lalu.
Dalam perkembangannya produk-produk dengan bahan ecoprint semakin banyak diminati dan diterima oleh masyarakat. Produk ecoprint pada awalnya hanya berupa kain, namun kini ecoprint bisa di atas kulit, kertas, plastik, keramik dan bambu. Produknyapun jadi bervariasi mulai dari kain panjang, busana wanita dan pria, hijab, pashmina, pernak-pernik, assesoris, sepatu, tas, mug dan lainnya.
“Pangsa pasar pun hingga merambah nasional dan internasional,” lanjut Riamah.
“Sesuai namanya, produk ecoprint adalah ramah lingkungan. Semua produk ecoprint terbuat dari bahan alam, mulai dari kainnya menggunakan serat alam, seperti katun primis, rayon hingga sutera,” jelasnya.
“Proses pewarnaan juga menggunakan warna alam, yang terbuat dari daun, kayu, umbi hingga akar tumbuhan dari alam Indonesia. Bukan pewarna sintetis,” lanjut Riamah yg sehari-sebagai Redaksi di Majalah Aula – Aula Media Group (AMG).
Sekretaris APEI Jatim Sri Isnawati melanjutkan pelatihan ecoprint kali ini hanya bersifat dasar. Peserta dikenalkan teknis mendasar dalam proses pembuatan ecoprint, sekaligus belajar karakter daun. Dalam hal pewarnaan, setiap daun punya hasil warna yang berbeda-beda. Seperti warna kuning, itu bisa didapat dari daun Afrika, sedangkan hijau dari daun kenikir dan jarak. Warna oranye bisa dari bunga kenikir dan sebagainya.
Isnawati mengatakan bahwa teamnya menggunakan bahan alami yang ada di Magetan untuk pelatihan ecoprint. Yakni, daun cemara, daun jarak, daun afrika dan rumput benggala.
“Jadi, tidak perlu cari daun yang jauh-jauh. Di sekitar sudah ada banyak bahan,” terangnya.
Masih menurut Isnawati, setiap orang bisa belajar ecoprint. Pasalnya, proses pembuatannya cukup mudah. Pertama, cuci kain putih yang baru dibeli dengan menggunakan air hujan atau campuran air dengan TRO powder dan abu soda. Selain sutra, kain tersebut harus direbus sampai mendidih.
“Jika sudah direndam kurang lebih satu jam, kain dibilas dan dikeringkan,” katanya.
Kedua, membuat larutan mordanting dari tawas atau alum dan cuka makanan. Kain yang sudah dicuci lantas dimasukkan ke dalam larutan bersifat asam itu. Fungsinya untuk meningkatkan kemampuan menempelnya bahan pewarna pada kain. “Cukup diremas-remas selama 5 menit. Setelah itu dibilas pakai air beningnya kapur dan dibersihkan pakai air biasa,” ucapnya. Kain yang sudah diproses mordanting siap untuk dilakukan pencetakan.
Tahap berikutnya, bahan-bahan alami, seperti daun, rumput dan bunga, diletakkan di atas kain sesuai kreasi peserta. “Cetaknya pakai teknik mirror atau simetris. Jadi dua sisi kiri dan kanan kain akan tercetak motif dedaunan yang sama,” imbuhnya. Usai menata daun, kain ditutup plastik, digulung dan diikat rapat. Gulungan kain itu dimasukkan ke dalam tempat kukus agar getah atau tanin daun keluar dan membentuk motif atau keluar jejak yang menempel pada kain. Lama pengukusan sekitar 2 jam dengan suhu sangat panas dan stabil.
Perlu diketahui, pelatihan ecoprint ini adalah satu rangkaian dari Festival Gubernur Soerjo yang diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur. (Oby,RH).