Search

Halaqah Fikih Peradaban, Problem Internasional yang Dibahas di Pesantren

Majalahaula.id – Halaqah Fikih Peradaban sebagai salah satu kegiatan dalam rangkaian peringatan menyambut 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) digelar di Pesantren Al Anwar, Maron, Purworejo, Jawa Tengah, Senin (10/10/2022). Kali ini Halaqah menghadirkan narasumber Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, Mustasyar PBNU Prof Dr KH Machasin MA, dan Ketua Lakpesdam PBNU KH Ulil Abshar Abdalla.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengungkapkan bahwa forum Halaqah Fikih Peradaban ini, meskipun di gelar di lingkungan pesantren namun sejatinya isu yang diangkat adalah problem global, problem internasional. Pria yang lebih akrab disapa Gus Yahya ini menjelaskan secara runtut dan detail problematika global yang terjadi sepanjang sejarah dunia hingga saat ini.

Ia menyebut, persoalan global semakin meruncing bahkan meningkat secara konstan sejak perang dunia kedua. “Potensi kekacauan tersebut makin hari kian membesar. NU sebagai organisasi kemasyarakatan keagamaan terbesar di dunia harus mengambil peran dalam mengurai persoalan global tersebut,” ungkap Gus Yahya.

Baca Juga:  Pelajar NU Pasuruan Sosialisasi Gerakan Menulis 100 Buku

Ditambahkannya, melalui Halaqah Fikih Peradaban inilah PBNU ingin semuanya terlibat dalam mencari solusi persoalan global yang terjadi. Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang rencananya akan menjadi agenda rutin setiap tahun ini digadang menjadi memontum untuk melahirkan solusi-solusi persoalan global melalui kajian serta riset yang akan terus dilakukan sebagai respons umat Islam terhadap peradaban baru yang muncul. “NU harus mampu memberikan kontribusi yang nyata bagi peradaban dunia yang kita tahu tantangan global semakin mengkhawatirkan,” tegasnya.

Problem utama yang memicu meruncingnya konflik global tersebut antara lain persaingan supremasi adi daya di dunia internasional, konflik antar maupun sesama umat beragama yang marak berkembang serta menimbulkan polarisasi yang luar biasa, hingga ancaman nuklir yang potensi hulu ledaknya bisa menghancurkan enam kali bumi. Ancaman keamanan dunia ini juga berpotensi merontokkan sistem moneter dunia. “Menghadapi situasi konflik berikut ancaman semacam ini, Islam menyuruh apa? Jihad. Maka perlu dirumuskan strateginya bagaimana supaya kita mampu menyumbangkan penyelesaian konflik global tersebut dengan sebaik-baiknya,” tandasnya.

Baca Juga:  Nilai Pesantren Cegah Kemerosotan Moral Bangsa

Dalam sambutannya, Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Kiai Mahfud Hamid menyebut bahwa gagasan Fikih Peradaban merupakan wacana baru bagi para kiai muda, terlebih alumni Pesantren Al Anwar. “Halaqah ini diharapkan dapat memberikan wacana dan pemahaman baru bagi para kiai dalam membaca dan merespon perkembangan peradaban dunia yang bergerak sangat cepat,” tandasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Halaqah Fikih Peradaban ini digelar kurang lebih 300 kali sebelum Muktamar Fikih Internasional tahun depan. Hal itu dilakukan sebagai komitmen NU dalam menjaga perdamaian dunia. Yahya juga menjelaskan, halaqah ini akan melibatkan para kiai NU dari seluruh Indonesia. Halaqah atau pertemuan para kiai dan ulama ini sebagai upaya untuk menghidupkan kembali gagasan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan konteksnya dengan memajukan peradaban melalui agama. “Dalam muktamar fikih internasional kita akan mengundang 300-an ulama dari seluruh dunia. Muktamar ini akan kita jadikan agenda tahunan. Muktamar harus menjadi peradaban baru yang lahir untuk membangun dunia,” tegasnya.(Vin)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA