Search

Tabarrukan dan Tolak Balak, PCINU Jerman Adakan Pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani

Berlin, AULA – untuk pertama kalinya, PCINU Jermah menggelar Manaqib Abdul Qodir Al-Jaelani dibaca secara khidmah dengan berjamaah. Dimaksudkan sebagai tabarrukan dan tolak balak, acara digelar pada Selasa malam, 26 Januari 2021 menjadi malam istimewa.

Atas inisiasi Lembaga Dakwah Pengurus Cabang Istimewa (LD PCI) NU Jerman, acara ini dihadiri puluhan Nahdliyyin yang tersebar seantero Jerman. Meskipun dilakukan secara virtual, kesyahduan dan kekhusuk-an dalam menyerapi pesan-pesan yang terkandung dalam sejarah hidup Syekh Abdul Qadir tetap bisa dirasakan oleh semua yang menghadiri majlis mulia tersebut.

Dalam sambutannya sebelum acara dimulai, Ustadz Hudan Jauhari, penggagas acara sekaligus perwakilan LDPCINU Jerman mewanti-wanti agar para hadirin tidak salah niat. Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir sedianya dilandasi dengan kecintaan dan kekaguman atas kesalihan dan keteladanan beliau.

Baca Juga:  PCI Muslimat NU Hongkong Luruskan Berita Kriminalitas

Barulah kemudian ditambah dengan doa agar barokah beliau menjadi “wasilah” mengalirnya Rahmat dari Allah SWT kepada semua manusia secara umum yang terdampak pandemi Covid-19, dan khususnya masyarakat Muslim di Indonesia yang sedang dilanda banyak musibah.

Gus Hudan, begitu ia biasa disapa, telah mendapatkan ijazah untuk pembacaan Manaqib dari Kiyainya sewaktu mondok di Langitan.

Hal senada disampaikan oleh Rais Syuriah PCINU Jerman, Kiai Syaeful Fatah. Beliau menuturkan bahwa Para Awliya’ -Syekh Abdul Qadir adalah salah satunya- melakukan amalan-amalan yang senantiasa harus kita pelajari dan lestarikan.

Syekh Abdul Qadir misalnya, selalu menjaga wudhunya, hingga wudhunya untuk Sholat Isya’ biasa beliau pakai untuk Sholat subuh keesokan harinya. Sepanjang malam, sang Syekh berdzikir dan melakukan sholat Sunnah yang sujudnya panjang-panjang.

Baca Juga:  Menteri Pendidikan Prancis 'Batasi' Pakaian Muslim di Sekolah

Di sisi lain, Kiai Syaeful menginginkan agar tradisi pembacaan Manaqib (dan tradisi pesantren-pesantren NU pada umumnya) bisa terus digemakan di Barat, khususnya di Jerman.

Sementara Rais Syuriah PCINU Jerman, Oding, yang dengan rendah hatinya mengaku sebagai “orang yang mbeling”, mengaku sangat senang dengan acara ini, lebih-lebih karena dipimpin langsung oleh orang yang telah menerima ijazah.

Sebagaimana yang Oding singgung, nama Syekh Abdul Qadir al-Jilani tidak lagi asing bagi sebagian besar Nahdliyin. Namanya sering disebut dalam Tawassul di hampir setiap prosesi Tahlilan. Meski demikian, masih sedikit yang tahu kisah kesalehan beliau.

Bagi hampir semua yang hadir dalam majlis ini, membaca Manaqib adalah pengalaman pertama; dan -Insyaallah- tidak akan menjadi pengalaman terakhir. Karena Syiar Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah al-Nahdhiyyah akan terus bergema di Jerman, dengan PCINU Jerman sebagai ujung tombaknya. (rn)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA