Saat ini, semua kalangan dapat menjadi pemimpin, termasuk perempuan. Kesempatan yang terbuka lebar gersebut hendaknya dioptimalkan, termasuk oleh kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Hal ini disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof KH Nasaruddin Umar dalam sesi dialog. Acara tersebut merupakan rangkaian acara Kongres XIX IPPNU yang dipusatkan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur pada Sabtu (13/08/2022).
Prof Nasar dalam kesempatan tersebut memotivasi peserta kongres yang terdiri dari perwakilan wilayah se-Indonesia untuk aktif mengambil peran sebagai pemimpin perempuan.
“Perempuan, apalagi IPPNU, berpeluang besar menjadi pemimpin. Ada banyak alasan yang mendasari hal tersebut, salah satunya kekuatan diri,” katanya.
Ulama yang mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Utama tersebut mengklaim bahwa perempuan dinilai lebih kuat baik secara fisik dan spiritual.
“Tidak perlu merasa minder. Siapa yang memiliki kelebihan, maka jadilah pemimpin. Siapa pun bisa jadi itu. Nggak memandang gender,” ujar Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta itu.
Faktanya, memang lebih dari separuh penduduk Indonesia, adalah perempuan. Untuk mewujudkan kualitas pemimpin yang baik, diperlukan upgrading secara konsisten.
“Maka seluruh pelajar putri harus mengikuti jenjang kaderisasi dengan jelas. Semata-mata sudah ditata sesuai dengan tingkatan. Ikuti itu dengan niat tulus ikhlas,” katanya
Pelajar putri dinilai juga perlu memperkuat bahasa, menguasai teknologi dan menjadi multitalenta.
“Harus bisa menguasai baik software dan hardware. Serta talenta pada bidang tertentu misalnya olahraga dan seni,” kata Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Penulis Antologi Serial Perempuan itu mengarahkan agar pelajar putri aktif mengambil kesempatan untuk belajar dan memargetkan tujuan karir dengan jelas.
“Banyak belajar dari mana saja, internet contohnya. Targetkan misalnya untuk membaca buku 200 halaman per hari. Tidur tidak lebih dari 3 jam per hari. Meniru Nabi, karena beliau tidak banyak tidur,” candanya.
Di akhir paparan, dia berharap IPPNU mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyiapkan diri, jangan sampai kaget kalau tiba-tiba transformasi digital terasa begitu nyata. (Ful)