Jakarta, AULA – Menjadikan tasawuf menjadi tren anak muda dengan karakter Islam yang menebar cinta, inilah tujuan utama dari Mahasiswa Ahlut Thariqah an-Nahdliyyah (MATAN). Pada 14 Januari 2021, MATAN telah berusia 9 tahun, menapaki jalan panjang mengabdi untuk Indonesia.
Di tengah pandemi, MATAN terus berusaha mengabdi dan menebarkan Islam sebagai agama cinta. Hal ini disampaikan M. Hasan Chabibie, Plt. Ketua Umum Mahasiswa Ahlut Thariqah an-Nahdliyyah (MATAN) dalam keterangan pada Aula, Jumat 15 Januari 2021.
“Saat ini, di tengah pandemi, jaringan MATAN di seluruh Indonesia terus bergerak dengan menguatkan solidaritas global, berkolaborasi dalam program kemanusiaan dengan lembaga lain, seraya menginjeksi konten-konten digital dengan Islam cinta, petuah dari guru-guru kami, terutama Maulana Habib Luthfi bin Yahya,” ungkap Hasan Chabibie, yang juga pengasuh pesantre Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat.
Hasan menambahkan bahwa MATAN memang masih berusia muda, tapi semangat mengabdi dan bekhidmah tidak menyurutkan langkah. “Sembilan tahun memang usia tergolong muda, atau bahkan masih relatif baru untuk organisasi berskala nasional. Tapi kami berusaha memberi dampak positif dengan pengabdian di lingkungan kami masing-masing, memberi arti di lingkungan di mana kami selama ini berprofesi,” terangnya.
“Generasi muda yang berpegang pada nilai-nilai sufisme bisa mengalirkan inspirasi di media sosial. Ini penting agar referensi beragama dan otoritas digital menjadi seimbang dengan pilihan yang beragam. Menginjeksi nilai-nilai sufisme dalam konten-konten digital berarti menanam cinta di tengah belantara,” ujar Hasan.
Ia menambahkan bahwa tugas penting kader MATAN yakni menginfluence media sosial dengan saripati nilai-nilai dari kiai. “ilai-nilai itu, beragama dengan cinta, akhirnya akan mekar di tengah belantara digital dengan meminggirkan kebencian, hate speech dan pelintiran kebohongan,” demikian Hasan menyampaikan.
Sembilan tahun MATAN, mari terus berkhidmah untuk Indonesia (rn)