Wilayah Indonesia terdiri dari gugus kepulauan. Sehingga penyebaran masyarakatnya tidak merata. Hal inilah yang mengakibatkan sering terjadi transmigrasi, sebagai upaya pemerintah dalam pemerataan penduduk. Seperti warga Jawa, banyak yang memilih migrasi ke beberapa pulau di Indonesia yang masih luas wilayahnya.
Banyak orang yang mengira kehidupan di pulau Jawa adalah kehidupan yang maju, karena segala fasilitas yang dibutuhkan sudah bisa terpenuhi. Mulai dari kehidupan metropolitan hingga kehidupan pedesaan semua sudah tersedia. Bahkan, seperti letak Ibu Kota juga berada di pulau Jawa.
Padahal banyak kota-kota di Kepulauan Indonesia memiliki potensi besar dan kaya, tidak kalah mempesona baik segi pariwisata dan perkembanganya dari Pulau Jawa. Termasuk Kota Madya Kendari Sulawesi Tenggara, merupakan salah satu kota berpotensi ekonomi yang tinggi. Hingga menarik banyak warga asli Jawa untuk migrasi ke Sulawesi.
Termasuk Mas Fakhrur Rozi, santri alumni dari Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik. Dirinya diminta oleh Kiai Masbuchim Faqih gurunya, untuk mengabdikan diri mendirikan Pondok Pesantren Mambaus Sholihin di Kendari Sulawesi Tenggara. Sehingga mengharuskan dirinya melakukan migrasi ke luar pulau.
“Awalnya ada orang yang asli dari Kendari yang mewakafkan tanah dan bangunan yang dimilikinya kepada Kiai Masbuchim Faqih. Kemudian saya dan istri sebagai santri alumni diminta untuk mengelola tanah wakaf itu. Adapun berdirinya itu sejak Desember 2019. Itu terkait sejarahnya. Sejarah singkatnya seperti itu,”aku lulusan MTs Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik ini.
Mambaus Sholihin Kendari, berdiri di atas tanah wakaf berukuran 15×26 (390 m2), berawal dari keprihatinan salah satu warga di kendari tentang keseharian anak-anak di lingkunganya, kurangnya aktifitas mengaji atau belajar Agama, kurangnya tenaga pengajar, tingginya angka kriminal, dan banyaknya aliran-aliran yang tidak sesuai dengan kultur keagamaan masyarakat di sana. Sehingga dikhawatirkan bisa merubah kehidupan masyarakat dalam beragama.
Dari kegelisahan itu seorang wakif sowan kepada Romo KH Masbuhin Faqih, menceritakan kondisi di Kendari, serta keinginanya mewakafkan tanah beserta bangunan miliknya. Dengan harapan adanya santri Mambaus Sholihin yang di kirim ke Kendari untuk menyebarluaskan ilmu agama.
Dari keadaan ini, Gus Rozi dipilih untuk mewakili. Selain itu dirinya dan istri yang merupakan alumni Pesantren Mambaus Sholihin Suci, dianggap lebih mudah untuk bisa menerima. Karena baginya santri khidmah kepada pesantren adalah salah satu cara untuk sambung silaturahim dengan para guru.
“Suatu hari saya dan istri sowan ke romo Kiai Masbuhin Faqih, tidak lain adalah menyatakan siap apabila dibutuhkan untuk berjuang di Bumi Anoa Kendari,”kenangnya.
Gus Rozi menjelaskan, kesiapan mental dia dapatkan berkat dukungan dulur-dulur alumni, restu orang tua, serta ridla KH Masbuhin Faqih. Pria kelahiran Lamongan 27 Oktober 1992 ini akhirnya berangkat ke Kendari pada tahun 2019 awal. Dengan mengingat pesan dari gurunya Kiai Masbuhin Faqih yang berpesan “Dadio Pelayane masyarakat, Jadilah Pelayan Masyarakat, oleh karena itu kami selalu merasa bahwa keberadaan kami adalah tidak lain sebagai pembantu masyarakat,”cerita Gus Rozi sebagai alumni MA Mambaus Sholihin Manyar Gresik.
Hingga kini ada 150 santri yang beraktifitas belajar ilmu Agama di Mambaus Sholihin Kendari, Rutinan Yasin Tahlil Malam Jum’at bagi wali santri dan warga sekitar. Meski baru 2 tahun berdiri, pada tahun ajaran baru 2021 pesantren ini sudah bisa membuka Raudlatul Athfal (RA) Muslimat dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Maarif.