Peristiwa baku tembak antara Brigadir J dengan Bharada E terjadi di rumah Kepala Divisi Propam Mabes Polri Inpektur Jenderal Polisi Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat akhir pekan lalu, namun baru mencuat pada Senin kemarin. Akibatnya,
Kepala Biro Penerangan Masyarakat pada Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menjelaskan, baku tembak itu bermula ketika Bharada E mengetahui Brigadir J memasuki rumah pejabat Polri. Bharada E menegur kenapa Brigadi J masuk ke rumah petinggi Polri tersebut. Namun dibalas Brigadir J dengan tembakan.
Secara refleks, Bharada E berhasil mengelak lalu membalas dengan tembakan pula. Tembakan Bharada E rupanya mengenai tubuh Brigadir J dan langsung tumbang di lokasi. Akibat penembakan yang dilakukan Bharada E itu mengakibatkan Brigadir J meninggal dunia,” kata Ramadhan kepada wartawan di Jakarta, dikutip dari Detik.com.
Ramadhan mengatakan, tembakan yang dilesatkan Bharada E merupakan aksi bela diri sebagai respons atas penembakan yang dilakukan oleh Brigadir J. Setelah kejadian itu, jasad Brigadir J langsung dilarikan ke rumah sakit dan kini sudah dipulangkan ke keluarganya. Sementara Bharada E diamankan untuk diperiksa. “Tentunya Bharada E yang melakukan, karena melakukan pembelaan terhadap serangan yang dilakukan Brigadir J,” ujarnya.
Ramadhan menyebutkan, saat itu Bharada E berada di rumah pejabat tinggi Polri karena tengah ditugaskan untuk berjaga di rumah tersebut. Karena itu Ramadhan menegaskan baku tembak terjadi bukan karena adanya kesalahpahaman. Namun soal itu masih didalami. “Tidak ada salah paham, ya. Yang jelas Bharada E di situ, ya, dalam rangka standby, memang ada di rumah dinas tersebut,” ucapnya.
Apa pun alasannya, Ramadhan menegaskan bahwa Polri akan menindak tegas jika memang ditemukan adanya unsur pidana dalam penembakan itu. “Ya tentu ya, dalam hal ini proses akan kita jalani sesuai prosedur ya siapa yang bersalah dalam kasus ini dan memenuhi unsur akan kita tindak tegas,” tandasnya.
Di bagian lain, Roslin, tante dari Brigadir J, mengatakan bahwa setelah menerima jenazah keponakannya, pihaknya menemukan tiga luka tembakan di tubuh Brigadir J. Selain itu, ada juga luka sayatan dan dua jari Brigadir J putus. “Yang luka tembak itu 3 di bagian dekat bahu lalu satunya di tangan,” ujarnya.
Hal sama diungkapkan Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso. Sama dengan Roslin, Sugeng mengatakan ada kejanggalan dalam peristiwa tersebut karena adanya luka sayatan di tubuh Brigadir J.
“Pasalnya, peristiwa ini sangat langka karena terjadi di sekitar Perwira Tinggi dan terkait dengan Pejabat Utama Polri. Anehnya, Brigpol Nopryansah (Brigadir J) merupakan anggota Polri pada satuan kerja Brimob itu, selain terkena tembakan juga ada luka sayatan di badannya,” katanya.
Karena itu Sugeng meminta Polri mengusut tuntas peristiwa itu. “Indonesia Police Watch (IPW) mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membentuk Tim Pencari Gabungan Pencari Fakta atas tewasnya Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat, ajudan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo,” ujarnya.
NF