Pengasuh Pesantren Ummul Quro, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan ini menyebut lima pelajaran berharga yang bisa diambil bangsa Indonesia dari hidup tawon atau lebah untuk bekal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelebihan tawon dapat diaplikasikan di negeri tercinta Indonesia ini.
Apalagi tawon menjadi makhluk yang spesial karena menjadi salah satu hewan yang disebut dalam Al-Qur’an. Namanya juga disematkan menjadi salah satu surat dalam Al-Qur’an (An-Nahl) dengan berbagai penjelasan tentang kehidupan dan manfaat yang dihasilkan dari tawon untuk kehidupan manusia. Dengan demikian, sudah selayaknya menjadikan tawon sebagai referensi penting.
“Tawon itu senantiasa hidup berkoloni, kumpul rame-rame berjamaah. Artinya tawon ngajarin (untuk) berahlussunah wal jamaah,” katanya saat memberi mauidlah hasanah pada kegiatan Akhirussanah Pesantren Tahfidzul Qur’an Mathlaul Huda Ambarawa di Kabupaten Pringsewu, Lampung Senin (27/06/2022).
Selanjutnya, tawon senantiasa memiliki dan patuh pada pemimpin. Dalam memilih pemimpin, tawon pun tidak pernah saling berebut dan bercerai berai alias selalu kondusif dan tidak pernah terjadi gejolak.
Berikutnya, ketika tawon sudah memiliki pemimpin dan membangun peradabannya, mereka mampu membangun dengan baik sesuai dengan tugas masing-masing. Pembangunan yang dilakukan pun merata terlihat dari ukuran rumah untuk masing-masing tawon sama persis.
Yang tidak kalah penting, setiap anggota tawon bekerja setiap harinya dengan gigih sesuai bidangnya. Mereka mampu menempatkan diri dan patuh pada kesepakatan sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pekerjaan.
“Semua tawon setia dengan konstitusinya. Mereka patuh dengan GBHN-nya,” tegasnya.
Jika konstitusi dunia tawon merencanakan membuat madu yang manis, maka semua tawon akan mencari sari pati bunga dan diproses untuk madu manis. Begitu juga jika kesepakatan konstutusi akan membuat madu pahit ataupun asam, maka semua koloni bekerja sama dengan kompak untuk dapat mewujudkannya.
“Tidak ada tawon yang melakukan pengoplosan madu,” ungkapnya.
Oleh karenanya kiai nyentrik kelahiran Jawa Barat ini mengajak semua elemen bangsa Indonesia untuk semakin meningkatkan kecintaan kepada Tanah Air dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari kelompok-kelompok yang ingin menghancurkan.
(Ful)