Buntet adalah sebuah perkampungan yang terletak kira-kira 11 km di luar Cirebon. Termasuk Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura koordinator Pemerintah Cirebon Tengah di Sindanglaut. Luas komplek Buntet Pesantren kira-kira 15 ha.
Seperti juga pesantren-pesantren lain di Indonesia, Buntet Pesantren di zaman penjajahan telah dijadikan sebagai tempat penggemblengan kader-kader patriotik, militan, dan demokratis. Pesantren di zaman itu merupakan territorial defence of imperialis influence. Dan sebagai fakta marilah kita ungkapkan data-data historis tentang Buntet Pesantren ini.
Begitu berdiri, begitu bergulat melawan penjajah Tokoh pendiri Buntet Pesantren adalah Kiai Muqoyyim yang secara kronologis asal mulanya belum banyak diketahui. Mula-mula Kiai Muqoyyim bekerja sebagai guru agama Sultan Kanoman Cirebon.
Dalam pengembaraannya akhirnya beliau sampailah di perkampungan Kedung Malang. Rupa-rupanya di dalam hati beliau terdapat kecocokan mengenai tempat baru ini. Maka oleh beliau didirikanlah sebuah gubuk sebagai tempat beliau. Kemudian lancar dan selanjutnya sebuah pondok pesantren yang sampai sekarang terkenal dengan Buntet Pesantren itu.
Setelah beliau membuka pesantren tahun 1750, maka berdatanganlah santri yang belajar pada beliau. Namun, santri-santri tersebut belumlah dikatakan banyak. Sebagai dituturkan dalam sejarah, bahwa Belanda pada waktu itu berusaha melumpuhkan pengurus Islam di tanah Jawa, demi mendengar pengaruh Kiai Muqoyyim yang semakin meluas itu, Belanda mengadakan pengepungan ke Buntet.
Sayang meskipun pondok pesantren sudah berhasil dibangun Kembali, tapi karena usia dan kesehatannya yang sudah tidak mengijinkan, maka akhirnya Kiai Muqoyyim tidak bisa melanjutkan amalnya. Namun, meskipun demikian beliau sempat berkhalwat atau riyadhoh memohon kepada Allah swt. Semoga Buntet Pesantren kelak dapat menjadi pesantren besar.
Sebagai penerus tampil KH Abdul Jamil, putra Kiai Muta’ad. Di bawah asuhan KH Abdul Jamil. Buntet Pesantren dapat mengalami kemajuan-kemajuan. Syiarnya mulai meluas. Pernah pada satu waktu KH Abdul Jamil diminta bantuannya oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari pendiri Pesantren Tebuireng untuk memberi pelajaran-pelajaran bela diri dan ilmu-ilmu lainnya. Selama 8 bulan KH Abdul Jamil berada di Tebuireng.
Zaman keemasan. Berkat segala upaya KH Abdul Jamil, Buntet Pesantren menjadi terkenal. Dapat dikatakan KH Abdul Jamil adalah perintis ke arah zaman keemasan. Adapun penerus yang benar-benar dapat menghantarkan Buntet Pesantren pada zaman keemasannya adalah ketika di bawah asuhan KH Abbas, pura KH Abdul Jamil. Pada waktu itu semangat patriotik bangsa Indonesia untuk melawan penjajah sedang menyala-nyala. Buntet Pesantren di bawah asuhan KH Abbas di samping dijadikan sebagai Bachrul Ulum juga sebagai territorial defence of imperialism influence. Oleh KH Abbas dalam aksinya melawan penjajah, dibentuklah Laskar Hizbullah dan Sabilillah. Sikap KH Abbas terhadap penjajah jelas, yaitu non cooperation.
Di samping mempertahankan daerahnya, Laskar KH Abbas pernah pula dikirim ke Pekalongan dan Indramayu. Bahkan dengan pekikan Allahu Akbar, Laskar tersebut pernah diberangkatkan ke Surabaya untuk menggabungkan diri dengan arek-arek Surabaya dalam perlawanannya terhadap imperialis Belanda. (peristiwa pertempuran ini terkenal dengan peristiwa 20 November 1945).