Majalahaula.id – Bulan Ramadlan merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai bulan puasa, Ramadlan juga menjadi momen untuk meningkatkan partisipasi sosial, solidaritas, dan kebersamaan dalam masyarakat. Partisipasi aktif selama Ramadlan tidak hanya terbatas pada ibadah individu, seperti shalat, puasa, dan membaca Al Qur’an, tetapi juga melibatkan kegiatan kolektif yang memperkuat ikatan sosial dan kemanusiaan.
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di dunia memiliki peran strategis dalam membangun masyarakat yang berdaya dan berkeadilan. Dalam konteks bulan Ramadlan, momentum ini tidak hanya dimaknai sebagai bulan ibadah, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memperkuat struktur organisasi dan peran Kader penggerak NU dalam perencanaan partisipatif. Melalui pendekatan partisipatif, NU dapat melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam merancang program dan kegiatan yang relevan dengan kebutuhan umat.
Struktur organisasi NU yang terdiri dari berbagai tingkatan, mulai dari pengurus pusat hingga anak ranting, memerlukan penguatan agar dapat berfungsi secara optimal dalam menjalankan program yang berdampak luas. Di bulan Ramadlan, pengurus NU dapat memanfaatkan momentum ini untuk melakukan evaluasi internal, pelatihan kader, dan penyusunan rencana kerja tahunan sebagai implementasi program kerja NU yang lebih terarah dan tersistem secara transparan dan akuntabel.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat organisasi antara lain : 1) Penguatan Kepemimpinan. Meningkatkan kapasitas kepemimpinan di tingkat anak ranting hingga pusat agar lebih responsif terhadap kebutuhan umat. 2) Digitalisasi Administrasi. Menerapkan sistem digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam pengelolaan organisasi. 3) Sinergi dengan Lembaga/Badan Khusus NU. Meningkatkan koordinasi antara berbagai lembaga di bawah NU seperti Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZISNU) dan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU untuk memperluas dampak program Ramadlan.
Kader penggerak NU juga memiliki peran sentral dalam menggerakkan masyarakat untuk terlibat aktif dalam program-program organisasi. Di bulan Ramadlan, Kader penggerak NU dapat menjadi fasilitator dalam perencanaan partisipatif, seperti mengadakan musyawarah desa, diskusi kelompok, atau forum warga untuk merumuskan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kader penggerak NU juga berperan sebagai penghubung antara masyarakat dan pengurus NU, memastikan bahwa aspirasi masyarakat terdengar dan diakomodasi dalam program dan kegiatan organisasi.
Di bulan Ramadlan, NU dapat mengadakan kegiatan dengan melibatkan komunitas secara aktif seperti buka puasa bersama, santunan anak yatim, pesantren kilat, atau pengajian umum yang dirancang melalui proses partisipatif. Dengan melibatkan masyarakat, program-program ini akan lebih tepat sasaran dan memiliki dampak yang lebih besar. Selain itu, perencanaan partisipatif juga dapat memperkuat rasa kepemilikan masyarakat terhadap program dan kegiatan NU.
Penguatan struktur organisasi NU dan optimalisasi peran kader penggerak NU dalam perencanaan partisipatif di bulan Ramadlan merupakan langkah strategis untuk meningkatkan efektivitas program keagamaan dan sosial. Dengan kepemimpinan yang kuat, sinergi antar lembaga, serta keterlibatan aktif masyarakat, NU dapat semakin berdaya dalam menjalankan perannya sebagai organisasi yang berkontribusi bagi kesejahteraan umat.
*) Penulis adalah Wakil Ketua I MWCNU Panji dan Sekretaris Pengurus Cabang Badan Perencanaan Nahdlatul Ulama (PC BAPENU) Kabupaten Situbondo