Majalahaula.id – Indonesia Emas 2045 merupakan visi besar bangsa Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan negara yang maju, sejahtera, dan berkeadilan pada Peringatan 100 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU), sebagai organisasi keagamaan dan sosial terbesar di dunia, memiliki peran strategis dalam mendukung pencapaian visi ini. Melalui pendekatan perencanaan partisipatif, kader NU yang tersebar di berbagai lini kehidupan dapat berkontribusi secara aktif di tingkat lokal maupun nasional. Bagaimana peran kader NU dalam menggerakkan partisipasi masyarakat, memperkuat nilai-nilai keislaman yang moderat, serta mendorong pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Indonesia Emas 2045 adalah cita-cita kolektif bangsa Indonesia yang ingin mencapai kemajuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan teknologi. Untuk mencapai tujuan ini, partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, termasuk organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU), sangat dibutuhkan. NU, dengan jaringan kader yang tersebar di seluruh pelosok negeri dan luar negeri dari berbagai profesi dengan latar belakang pendidikan pesantren maupun non-pesantren, memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak pembangunan.
Kader NU dalam perencanaan partisipatif memiliki peran penting dalam berbagai aspek pembangunan bangsa. Beberapa peran utama mereka dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 antara lain : 1) Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kader NU dapat berperan sebagai agen perubahan dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam pembangunan. Melalui lembaga pendidikan seperti pesantren, madrasah, dan sekolah, kader NU dapat menanamkan nilai-nilai keislaman yang moderat dan mendorong semangat gotong royong. 2) Penguatan Ekonomi Kerakyatan. Kader NU dapat memanfaatkan jaringan yang dimiliki untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan, seperti koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dengan pendekatan partisipatif, kader NU dapat membantu masyarakat merencanakan dan mengelola usaha yang berkelanjutan. 3) Pelestarian Lingkungan Hidup. NU memiliki tradisi kuat dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam. Kader NU dapat memimpin gerakan pelestarian lingkungan, seperti penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan konservasi sumber daya alam, yang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. 4) Penguatan Demokrasi dan Kebangsaan. Kader NU dapat berperan dalam memperkuat demokrasi dan nilai-nilai kebangsaan melalui dialog antaragama, pelibatan dalam proses pemilihan umum, serta advokasi kebijakan yang pro-rakyat. Pendekatan partisipatif dapat memastikan bahwa suara masyarakat lokal terdengar dalam proses pengambilan keputusan di tingkat nasional.
Pendekatan perencanaan partisipatif di tingkat lokal dan nasional melibatkan masyarakat secara aktif dalam setiap tahap pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Kader NU dapat memfasilitasi proses ini dengan menjadi mediator antara pemerintah dan masyarakat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi : Pertama, Tingkat Lokal, kader NU dapat melakukan : 1) Forum Musyawarah. Mengadakan diskusi dengan masyarakat terkait kebutuhan dan solusi pembangunan lokal. 2) Pemberdayaan Masyarakat. Meningkatkan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan ekonomi, pendidikan, serta sosial-keagamaan. 3) Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah. Membangun sinergi dengan pemerintah daerah untuk memastikan program pembangunan berjalan efektif.
Kedua, Tingkat Nasional, kader NU dapat: 1) Berpartisipasi dalam Penyusunan Kebijakan Publik. Melalui jalur politik atau organisasi sosial, kader NU bisa menyuarakan kepentingan masyarakat dalam kebijakan nasional. 2) Menjadi Pemimpin yang Visioner. Kader NU harus mampu menjadi pemimpin di berbagai sektor, baik pemerintahan, akademik, maupun bisnis. 3) Mendorong Kolaborasi Antar-Ormas Islam dan Lembaga Pemerintah. NU dapat menjembatani komunikasi antara berbagai pihak untuk menciptakan kebijakan yang inklusif dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Peran kader Nahdlatul Ulama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 sangatlah strategis. Melalui pendidikan, pemberdayaan ekonomi, moderasi beragama, serta partisipasi dalam kebijakan publik, kader NU dapat menjadi motor penggerak pembangunan. Dengan mengadopsi pendekatan perencanaan partisipatif di tingkat lokal dan nasional, kader NU dapat memastikan bahwa visi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud secara inklusif dan berkelanjutan. Kolaborasi antara kader NU, pemerintah, dan masyarakat akan menjadi kunci sukses dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.
*) Penulis adalah Wakil Ketua I MWCNU Panji dan Sekretaris Pengurus Cabang Badan Perencanaan Nahdlatul Ulama (PC BAPENU) Kabupaten Situbondo