Search

Manajemen Konflik dan Nilai Amanah dalam Kepemimpinan Nahdlatul Ulama pada Struktur Organisasi dan Dinamika Sosial
Oleh : Heri Junaidi, S.Sos.*)

Majalahaula.id – Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan terbesar di dunia memiliki peran penting dalam membentuk dinamika sosial dan keagamaan di masyarakat. Sebagai organisasi dengan struktur hierarkis dan basis massa yang luas, NU menghadapi berbagai tantangan, termasuk konflik internal dan eksternal. Namun, nilai-nilai dasar seperti amanah (kepercayaan) dan manajemen konflik dalam kepemimpinan menjadi aspek krusial dan kunci dalam menjaga stabilitas organisasi dan memastikan keberlanjutan peran NU dalam masyarakat.

Struktur organisasi NU terdiri dari berbagai tingkat kepemimpinan, mulai dari tingkat pusat (Pengurus Besar) hingga tingkat daerah (Pengurus Cabang, Ranting, dan Anak Ranting). Struktur ini memungkinkan NU untuk menjangkau masyarakat di berbagai lapisan, namun juga berpotensi menimbulkan konflik, terutama terkait perbedaan pandangan, kepentingan, atau kebijakan. Konflik dapat muncul antara pengurus pusat dan daerah, atau bahkan antar-individu dalam kepengurusan.

Manajemen konflik dalam NU dilakukan dengan pendekatan yang mengedepankan musyawarah dan mufakat, sesuai dengan prinsip ahlussunnah wal jamaah. NU memiliki mekanisme internal untuk menyelesaikan konflik, seperti melalui forum-forum diskusi, mediasi, atau bahkan melalui fatwa keagamaan yang dikeluarkan oleh ulama senior. Proses ini tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan konflik, tetapi juga untuk menjaga keharmonisan dan solidaritas di antara anggota.

Baca Juga:  PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM YANG MENGAJAR DI SEKOLAH UMUM

Nilai-nilai keislaman, seperti tasamuh (toleransi), tawazun (keseimbangan), dan ta’awun (kerjasama), menjadi landasan dalam menyelesaikan konflik. Selain itu, NU juga memanfaatkan jaringan ulama dan kiai yang dihormati sebagai penengah dalam konflik-konflik yang sulit diselesaikan.

Nilai amanah (kepercayaan) merupakan prinsip utama dalam kepemimpinan NU. Seorang pemimpin NU diharapkan untuk memegang teguh amanah yang diberikan oleh masyarakat dan anggota organisasi. Amanah ini tidak hanya terkait dengan tanggung jawab administratif, tetapi juga dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan yang diusung oleh NU.

Amanah merupakan nilai fundamental dalam Islam yang menjadi landasan utama dalam kepemimpinan NU. Dalam konteks organisasi, amanah dapat diwujudkan melalui : 1) Kepemimpinan Berbasis Kepercayaan. Pemimpin NU diharapkan menjaga kepercayaan masyarakat dengan berperilaku jujur, adil, dan bertanggung jawab. 2) Transparansi dan Akuntabilitas. Pengelolaan keuangan dan kebijakan organisasi harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. 3) Komitmen terhadap Kepentingan Umat. NU selalu menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Baca Juga:  LKKNU Pantau Program Konseling Keluarga Sakinah di Surabaya

Dengan demikian, pemimpin NU harus mampu menjadi teladan dalam hal integritas, kejujuran, dan komitmen terhadap tujuan organisasi. Nilai amanah ini juga menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, terutama dalam situasi yang memerlukan kebijaksanaan dan keadilan.

Dalam konteks dinamika sosial, NU tidak hanya berperan sebagai organisasi keagamaan, tetapi juga sebagai Agen Perubahan Sosial (Agent of Social Change). NU aktif dalam berbagai kegiatan sosial, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini menuntut kepemimpinan NU untuk mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai dasar organisasi.

Konflik yang muncul dalam dinamika sosial, seperti isu-isu politik, ekonomi, atau budaya, seringkali memerlukan respon yang bijaksana dari NU. Dalam menghadapi konflik, NU menerapkan berbagai strategi seperti : 1) Musyawarah dan Konsensus. Prinsip syura (musyawarah) digunakan untuk mencapai kesepakatan dalam menghadapi perbedaan. 2) Pendekatan Kultural dan Kearifan Lokal. NU mengedepankan tradisi kultural dalam menyelesaikan konflik melalui pendekatan persuasif dan dialog. 3) Mediasi oleh Tokoh Karismatik. Peran kyai dan ulama senior sangat penting dalam meredakan ketegangan dan menciptakan harmoni.

Baca Juga:  Spesial Hari Ibu, Ini Lagu "Saat Terindah" Karya Komponis Flemmo

Manajemen konflik dan nilai amanah merupakan dua aspek penting dalam kepemimpinan NU. Dengan struktur organisasi yang kompleks dan dinamika sosial yang terus berubah, NU berhasil mempertahankan perannya sebagai organisasi yang relevan dan berpengaruh di Indonesia. Nilai-nilai keislaman yang diusung oleh NU, seperti musyawarah, toleransi, dan amanah, menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan dan konflik. Di sinilah manajemen konflik dan nilai amanah menjadi sangat penting. NU harus mampu menjadi penengah dan pemersatu, sambil tetap menjaga independensi dan integritas organisasi.

 

 

*) Penulis adalah Wakil Ketua I MWCNU Panji dan Sekretaris Pengurus Cabang Badan Perencanaan Nahdlatul Ulama (PC BAPENU) Kabupaten Situbondo

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA