Majalahaula.id – Isro’ Mi’roj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isro’) dan dilanjutkan dengan perjalanan menuju Sidratul Muntaha di langit ketujuh (Mi’roj). Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat, yang menjadi inti dari ibadah umat Islam. Peristiwa ini mengajarkan kita tentang pentingnya visi, strategi, dan perencanaan dalam mencapai tujuan besar.
Dalam konteks transformasi dan pengembangan organisasi, Isro’ Mi’roj dapat dijadikan paradigma untuk menciptakan perencanaan visioner yang mampu menginspirasi perubahan menuju keberhasilan. Dalam perspektif modern, Isro’ Mi’roj dapat dimaknai sebagai simbol transformasi dan perjalanan menuju puncak kebaikan. Jika dihubungkan dengan perencanaan strategis, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat menjadi inspirasi untuk menciptakan kebijakan yang berorientasi pada keberlanjutan dan keseimbangan.
Nilai-nilai Isro’ Mi’roj dalam perencanaan strategis, yakni 1) Visi Jangka Panjang yang Terarah. Dalam peristiwa Mi’roj, Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat sebagai kewajiban yang menjadi fondasi kehidupan umat Islam. Hal ini mengajarkan pentingnya memiliki visi jangka panjang yang jelas. Dalam perencanaan strategis, visi yang kuat adalah panduan untuk mencapai tujuan keberlanjutan dengan mempertimbangkan kebutuhan saat ini dan masa depan yang memberikan dampak signifikan, baik bagi anggota internal maupun masyarakat luas. 2) Keberlanjutan sebagai Tujuan Utama. Isro’ Mi’roj menggambarkan keseimbangan antara perjalanan fisik (Isro’) dan spiritual (Mi’roj). Dalam konteks pembangunan, hal ini mencerminkan perlunya harmoni antara aspek material dan spiritual, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Prinsip ini relevan dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan generasi mendatang. 3) Perencanaan Bertahap dan Sistematis. Isra’ (dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa) menggambarkan langkah awal dalam perjalanan menuju tujuan besar. Hal ini mengajarkan bahwa pencapaian visi besar membutuhkan langkah-langkah strategis yang terencana. Dalam konteks organisasi, diperlukan penyusunan dokumen perencanaan yang mencakup tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. 4) Kolaborasi dan Sinergi. Dalam Isro’ Mi’roj, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi lain, menunjukkan pentingnya kolaborasi. Dalam organisasi, keberhasilan transformasi sering kali bergantung pada kemampuan untuk bersinergi dengan pihak internal maupun eksternal. Menggalang kekuatan kolektif dapat mempercepat pencapaian tujuan. 5) Adaptasi dan Keteguhan Menghadapi Tantangan. Peristiwa Isro’ Mi’roj terjadi di tengah-tengah tekanan besar yang dihadapi Nabi Muhammad SAW di Mekah. Hal ini mencerminkan bahwa transformasi membutuhkan keteguhan dalam menghadapi tantangan. Organisasi harus mampu beradaptasi dengan perubahan dan tetap teguh pada visi yang telah ditetapkan. 6) Keseimbangan Spiritualitas dan Profesionalisme. Perintah shalat yang diterima dalam perjalanan Mi’raj menekankan pentingnya keseimbangan antara spiritualitas dan tugas duniawi. Dalam pengembangan organisasi, keseimbangan antara nilai-nilai etis, spiritual, dan profesionalisme adalah kunci untuk membangun budaya kerja yang sehat dan produktif. 7) Kecepatan dan Ketepatan dalam Bertindak. Peristiwa Isro’ Mi’roj terjadi dalam waktu yang sangat singkat, mengajarkan bahwa langkah strategis harus dilakukan dengan efisiensi dan ketepatan. Perencanaan yang baik membutuhkan keputusan yang cepat namun tetap berdasarkan data dan pertimbangan yang matang.
Implementasi paradigma Isro’ Mi’roj dalam organisasi, yakni 1) Menyusun Visi dan Misi yang Inklusif. Organisasi harus memiliki visi yang dapat memotivasi seluruh anggota untuk bergerak bersama. Visi ini harus mencerminkan nilai-nilai universal yang relevan dengan kebutuhan organisasi dan masyarakat. 2) Membangun Peta Jalan Transformasi. Setiap langkah perubahan harus dirancang dengan matang, melibatkan berbagai pihak, dan dievaluasi secara berkala. Seperti perjalanan Isro’ yang terarah, transformasi organisasi membutuhkan arah yang jelas. 3) Mengutamakan Kepemimpinan Visioner. Pemimpin organisasi harus mampu menginspirasi, memberikan arahan yang jelas, dan memotivasi tim untuk tetap fokus pada tujuan besar. Pemimpin visioner juga harus mampu membangun kepercayaan di seluruh lapisan organisasi. 4) Meningkatkan Kapasitas Kolaboratif. Organisasi yang sukses adalah organisasi yang mampu bekerja sama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya. Membentuk jejaring strategis adalah langkah penting dalam menciptakan sinergi. 5) Menerapkan Nilai-Nilai Spiritual sebagai Fondasi. Nilai-nilai spiritual seperti kejujuran, integritas, dan rasa tanggung jawab harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program organisasi.
Isro’ Mi’roj mengajarkan kita bahwa pencapaian visi besar memerlukan perencanaan yang matang, keteguhan menghadapi tantangan, dan keseimbangan antara nilai spiritual serta profesionalisme. Dengan menjadikan Isro’ Mi’roj sebagai paradigma, organisasi dapat mengembangkan strategi transformasi yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan kesejahteraan bersama. Seperti perjalanan Nabi Muhammad SAW yang membawa misi besar, organisasi yang visioner mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan menginspirasi transformasi menuju masa depan yang lebih baik.
*) Penulis adalah Wakil Ketua I MWCNU Panji dan Sekretaris Pengurus Cabang Badan Perencanaan Nahdlatul Ulama (PC BAPENU) Kabupaten Situbondo