Search

KH Ridwan Abdullah sebagai Perencana Simbolik : Perspektif Perencanaan Berbasis Kearifan Lokal dalam Konteks Kebudayaan Islam di Indonesia
Oleh : Heri Junaidi, S.Sos.*)

Majalahaula.id – KH Ridwan Abdullah adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia. Beliau dikenal sebagai pencipta lambang Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi Islam terbesar di dunia. Sebagai perencana simbolik, KH Ridwan Abdullah berhasil merancang lambang yang tidak hanya merepresentasikan nilai-nilai Islam, tetapi juga menggambarkan kearifan lokal yang ada di Indonesia.

KH Ridwan Abdullah lahir di Surabaya pada tahun 1894. Beliau berasal dari keluarga yang memiliki tradisi keislaman yang kuat. Sejak kecil, KH Ridwan Abdullah sudah menunjukkan minat yang besar terhadap seni dan kaligrafi. Selain itu, Beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial di masyarakat.

Pada tahun 1926, KH Ridwan Abdullah diamanahkan untuk merancang lambang organisasi Nahdlatul Ulama. Dengan keahliannya dalam seni kaligrafi dan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam, Beliau menciptakan lambang yang sarat dengan simbolisme dan nilai-nilai Islam. Lambang NU yang dirancang oleh KH Ridwan Abdullah memiliki makna yang mendalam. Lambang tersebut terdiri dari bola dunia, bintang sembilan, tali yang melingkar, dan tulisan “Nahdlatul Ulama” dalam huruf Arab. Setiap elemen dalam lambang tersebut memiliki makna simbolik yang kuat : 1) Bola Dunia : Melambangkan bahwa Islam adalah agama yang universal dan mencakup seluruh dunia. 2) Bintang Sembilan : Menggambarkan sembilan wali (Wali Songo) yang menyebarkan Islam di Nusantara. 3) Tali yang Melingkar : Simbol persatuan dan ikatan yang kuat di antara umat Islam. 4) Tulisan Nahdlatul Ulama : Menunjukkan identitas organisasi yang berlandaskan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Dalam konteks kearifan lokal, lambang ini mencerminkan tradisi Islam Nusantara yang inklusif dan menghargai keberagaman budaya lokal. Wali Songo, yang menjadi inspirasi dalam lambang tersebut, dikenal karena pendekatan mereka yang mengintegrasikan ajaran Islam dengan budaya lokal, sehingga Islam dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.

Baca Juga:  Tantangan Pembelajaran Al-Qur’an Masa Kini Menurut Quraish Shihab

Perencanaan berbasis kearifan lokal adalah pendekatan yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya, tradisi, dan keunikan lokal dalam proses perencanaan. Dalam konteks kebudayaan Islam di Indonesia, pendekatan ini sangat relevan mengingat keragaman budaya yang ada di Nusantara. KH Ridwan Abdullah adalah contoh perencana simbolik yang berhasil mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal dalam lambang yang ia ciptakan. Lambang NU bukan hanya sekadar simbol organisasi, tetapi juga merupakan representasi identitas budaya Islam Indonesia yang inklusif dan menghargai perbedaan.

Pendekatan KH Ridwan Abdullah dalam merancang lambang NU dapat dijadikan inspirasi dalam perencanaan kebudayaan Islam di Indonesia saat ini. Dalam menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi, penting untuk menjaga nilai-nilai lokal dan mengintegrasikannya dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan.

Baca Juga:  BELAJAR DENGAN TAKSONOMI BLOOM : MENJELAJAH LEVEL KOGNITIF DARI PERSPEKTIF AL-BAQARAH

Simbolisme memainkan peran penting dalam kebudayaan Islam di Indonesia. Sejak masa Wali Songo, simbol-simbol digunakan untuk menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat. Misalnya, penggunaan wayang kulit dan gamelan dalam dakwah Islam di Jawa adalah contoh bagaimana kearifan lokal digunakan untuk menyampaikan pesan keislaman.

Lambang NU yang dirancang oleh KH Ridwan Abdullah adalah salah satu bentuk simbolisme dalam kebudayaan Islam di Indonesia. Lambang tersebut tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga mencerminkan sejarah, budaya, dan nilai-nilai lokal yang ada di Nusantara. Dalam konteks modern, lambang NU tetap relevan sebagai simbol persatuan dan identitas Islam di Indonesia. Di tengah arus globalisasi, penting untuk menjaga nilai-nilai lokal yang menjadi ciri khas Islam di Indonesia. Lambang NU mengingatkan umat Islam tentang pentingnya menjaga persatuan, menghargai keberagaman, dan melestarikan tradisi lokal yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Baca Juga:  Kesejarahan dan Semangat Transformasi Al-Qur’an

KH Ridwan Abdullah telah memberikan warisan yang berharga melalui lambang NU yang ia ciptakan. Warisan ini bukan hanya berupa simbol organisasi, tetapi juga merupakan cerminan dari kebijaksanaan lokal yang relevan sepanjang masa. KH Ridwan Abdullah adalah perencana simbolik yang berhasil mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal dalam lambang NU. Lambang tersebut mencerminkan identitas kebudayaan Islam di Indonesia yang inklusif, menghargai keberagaman, dan berakar pada tradisi lokal. Pendekatan KH Ridwan Abdullah dalam merancang lambang NU dapat dijadikan inspirasi dalam perencanaan berbasis kearifan lokal, khususnya dalam menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi.

Melalui lambang NU, KH Ridwan Abdullah telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah kebudayaan Islam di Indonesia. Lambang tersebut menjadi simbol persatuan, identitas, dan kebijaksanaan lokal yang terus relevan hingga saat ini.

 

*) Penulis adalah Wakil Ketua I MWCNU Panji dan Sekretaris Pengurus Cabang Badan Perencanaan Nahdlatul Ulama (PC BAPENU) Kabupaten Situbondo

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA