Majalahaula.id – Pengurus Cabang Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (PC LBMNU) Situbondo melaksanakan kegiatan Bahtsul Masail, yang rutin tiap bulan dengan permasalahan yang dibahas dalam bahtsul masail (as’ilah) berbeda-beda, di Aula Lantai 2 Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Panji yang dihadiri oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Situbondo beserta Lembaga/Badan Khususnya, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), serta utusan pondok pesantren pada Sabtu pagi (9/6/2024).
Bahtsul masail di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) diyakini merupakan tradisi intelektual yang berkembang sejak lama, bahkan ditengarai forum ini lahir dan telah berkembang di tengah masyarakat muslim tradisional pesantren jauh sebelum NU didirikan.
Bahtsul Masail merupakan forum silaturahmi bagi orang NU yang didalamnya dilakukan pembahasan dan pemecahan masalah masalah yang maudlu’iyah (tematik) dan waqi’iyah (aktual) yang memerlukan kepastian hukum yang belum pernah dibahas sebelumnya.
Setidaknya ada 6 unsur atau komponen yang terlibat dalam kegiatan bahtsul masail, yaitu mushahhih, perumus, moderator, notulen, peserta, dan narasumber. Setiap unsur ini mempunyai peran atau tugas yang berbeda.
Ketua PC LBMNU Situbondo KH Malikul Irfan menyampaikan bahwa ada 3 as’ilah yang bakal dibahas adalah pertama, persoalan riil di masyarakat tentang wakaf seperti mulai tanah wakaf yang diambil kembali oleh ahli waris setelah wakifnya meninggal dunia dengan alasan karena surat suratnya masih di pegang ahli waris, ada juga ahli waris yang meminta hasil buah buahan yang tumbuh di atasnya tanah wakaf, dan ada juga yang tidak produktif sehingga harus ditukar guling dengan tanah yang produktif oleh maukuf alaih. Kedua, berhaji tanpa paspor dan visa resmi haji. Dan ketiga, tipu muslihat, fake order dalam jual beli online.
“Hasil-hasil bahtsul masail yang dikeluarkan oleh LBMNU belum banyak terdistribusi kepada masyarakat NU, bahkan kepada komunitas pesantren sekalipun hasil-hasil tersebut belum banyak diketahui,” kata Sekretaris PCNU Situbondo K. Kholqi Rahman, S.Pd.I. dalam sambutannya.
“Kondisi yang demikian jelas menjadi kendala tersendiri bagi proses diseminasi (distribusi dan sosialiasi) hasil bahtsul masail NU, khususnya melalui media tulis. Akan tetapi bisa juga dengan media lisan, seperti pada forum pengajian atau forum sejenis lainnya. Namun demikian, media tulis mempunyai cakupan yang lebih luas dan bisa diakses dalam waktu yang lama. Sementara, media lisan mempunyai keterbatasan dalam hal jangkauan dan daya serapnya,” imbuhnya.
“Bahtsul masail sangat tepat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis yaitu kemampuan menganalisa, berdiskusi dan memecahkan masalah bersama sehingga memiliki kepekaan cepat tanggap terhadap persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat,” ujar Sekretaris Badan Perencanaan Nahdlatul Ulama (BAPENU) Situbondo Heri Junaidi, S.Sos. (hj)