Search

Sejumlah Mitos tentang Gerhana Matahari Total

Majalahaula.id – Gerhana Matahari Total akan terjadi pada 8 April 2024. Sejak dahulu kala, fenomena ini selalu diikuti oleh mitos-mitos yang dipercaya hingga kini. Apa saja mitos tentang gerhana matahari?

 

Peradaban kuno seperti suku Maya hingga Yunani kuno memiliki mitologi dan tradisinya sendiri terkait gerhana matahari. Secara umum mereka tahu gerhana matahari disebabkan oleh Bulan yang menutupi Matahari, tapi makna fenomena ini sangat berbeda bagi masing-masing peradaban kuno.

 

“Budaya selain budaya kita, baik masa kini maupun masa lalu, memiliki pandangan yang sangat berbeda terhadap alam,” kata Anthony Aveni, profesor antropologi dan astronomi di Colgate University, dikutip detikInet dari Space.

Baca Juga:  Hari Ini KPU Umumkan Bacaleg, Masyarakat Silakan Beri Masukan

 

Berikut mitos-mitos tentang Gerhana Matahari:

 

Suku Maya

Bagi Suku Maya, saat gerhana matahari terjadi mereka seperti melihat Bulan memakan Matahari. Mereka menafsirkan hal tersebut sebagai pandangan terhadap praktek kanibalisme yang dilakukan nenek moyang mereka, yang sudah lama dihapuskan oleh hukum suku Maya.

 

“Jadi bagi Suku Maya, gerhana, yang terjadi di ruang kosmik, menjadi pengingat bahwa tatanan sosial selalu terancam kehilangan keseimbangan,” kata Aveni.

 

China Kuno

Suku Maya bukan satu-satunya peradaban yang mengira mereka melihat Matahari ditelan oleh Bulan. Dalam mitologi China kuno, gerhana matahari disebut terjadi ketika seekor naga mencoba melahap matahari.

 

Menurut laporan NASA, warga China kuno merespons gerhana matahari dengan turun ke jalanan dan memukul drum untuk menakuti naga agar menjauh. Salah satu catatan kuno China — yang kemungkinan merujuk pada gerhana matahari pada 2134 SM — melaporkan bahwa matahari dan bulan tidak bertemu secara damai.

Baca Juga:  Menemukan Judi Online? Segera Laporkan ke Polisi

 

Laporan NASA mengatakan hiruk pikuk di jalanan tersebut membuat kaisar China melihat gerhana yang terjadi di langit. Kaisar lalu marah karena kedua astronom istana gagal memprediksi kejadian tersebut, dan memerintahkan kepala mereka untuk dipenggal.

 

Yunani Kuno

Bagi warga Yunani kuno, gerhana merupakan tanda bahwa dewa-dewa sedang tidak senang dengan manusia, dan sebagai balasannya Matahari akan meninggalkan Bumi. Menurut Merriam-Webster, kata ‘eclipse’ atau gerhana berasal dari bahasa Yunani ‘ekleipsis’ yang berarti ‘pengabaian’.

 

Menanggapi gerhana matahari yang terjadi pada tahun 647 SM, penyair Archilochus pernah menulis: “Zeus, ayah para dewa Olympia, menjadikan malam di tengah hari, menyembunyikan cahaya Matahari yang bersinar, dan rasa takut yang hebat menimpa manusia.” (Hb)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA