Majalahaula.id – Konferensi Wilayah ke 16 PWNU Jawa Tengah baru saja usai. Gedung Aswaja PCNU Pekalongan yang berlokasi di jalur jalan Pantura satu arah pusat kota, adalah saksi sejarah. Bersama ribuan Nahdliyin struktural PWNU, PCNU, MWC, Banom dan Lembaga yang bersemangat menghadiri forum tertinggi jamiyyah tanggal 5-6 Maret 2024. Pekalongan dan kota terdekatnya Batang adalah kota yang tidak punya jalan arteri lingkar sehingga bus, truk tronton, truk odol, truk gandeng, “bergandengan tangan” memacetkan lalulintas pusat kota Batang Pekalongan. Termasuk jalan lebar di depan gedung Aswaja PCNU Pekalongan yang besar dan megah. Hasil Konferwil sudah kita ketahui bersama menghasilkan dua nama besar dan berpengaruh. KH Ubaidullah Shodaqoh sebagai Rois Syuriah dan KH Abdul Ghofar Rozin sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng periode 2024-2029.
PWNU Jateng mempersiapkan silaturrahim akbar ini hanya 10 hari. PBNU memberikan 2 opsi untuk hajatan Nahdliyin struktural terbesar di Jateng ini. Mau diperpanjang lagi untuk kedua kali selama 6 bulan kedepan atau melaksanakan Konferwil sebelum 7 Maret 2024. Tanggal ini sebagai batas waktu perpanjangan sebelumnya karena ada Pemilu. Cipto 180 memutuskan melaksanakan Konferwil 5-6 Maret 2024. Artinya PWNU Jateng tidak ingin berlama-lama dengan kepengurusan eksisting yang sudah habis masa khidmahnya sesuai konstitusi perkumpulan. Ini sebuah model berorganisasi yang amanah dan fathonah. Sebab ada lho kepengurusan setingkat MWC yang sudah expired setahun tidak juga mengadakan konferensi. Mungkin ketuanya senang memeluk jabatan, rangkap jabatan atau gila jabatan. Sebuah contoh mengabaikan peraturan perkumpulan.
Terpilihnya KH Abdul Ghofar Rozin atau Gus Rozin yang berwajah “cerah tawaddu” seperti memberikan matahari baru yang menawarkan horizon berkhidmat bermartabat. Jatidiri Gus Rozin adalah sosok intelektual religius sekaligus sosok organisatoris profesional. Nasabnya jelas banget, siapa yang tidak kenal KH Ahmad Sahal Mahfudz, ayah Gus Rozin. Sosok Kyai Sahal (alm) pernah menjabat sebagai Rois Aam PBNU tahun 1999 sampai dengan tahun 2004. Dalam periode yang kurang lebih sama Kyai Sahal juga menjabat Ketua Umum MUI.
Ruang jelajah jabatan dan karir Gus Rozin adalah jaminan betapa berkualitasnya sosok pemimpin ini. Jejak kariernya saat ini adalah menjabat sebagai Katib Syuriah PBNU, pernah menjadi Ketua RMI PWNU Jateng, RMI PBNU, Staf Khusus Presiden dan lain-lain. Visi, misinya dan penjabaran Nawa Kartika atau Sembilan Bintang untuk mengembanghebatkan jamiyah NU Jawa Tengah boleh dikatakan setara dengan horizon fikroh dan harakah yang out of the box, over the horizon. Perspektif kita jelas meniscayakan horizon Rozin sebagai kepantasan cum laude untuk menjalankan amanah sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah. Bismillah Biiznillah.
PWNU Jawa Tengah patut mensyukuri hadiah Konferwil Pekalongan yang memberikan ruang unjuk kinerja Gus Rozin untuk mewujudkan visi misi “Nawa Kartika”. Bersama Rois Syuriah yang santun, sederhana dan merakyat KH Ubaidullah Shodaqoh, duet kepemimpinan ini dalam perspektif kita akan mampu membawa rumah besar NU Jawa Tengah menjadi lebih bercahaya, lebih terang benderang dengan kinerja prestasi. Rois Syuriah yang mendapat amanah untuk kedua kalinya Kyai Ubed, sangat akrab dengan anggota jamiyah dan punya banyak gagasan. Dalam beberapa kesempatan asyik berdiskusi dengan Lakpesdam PWNU dengan berbagai tema. Kalau sudah berdiskusi bisa “tahan lama” seperti ketika membahas tema alutsista dan pertahanan di Cipto 180.
Salah satu ide cemerlang Kyai Ubed adalah menginisiasi Muktamar Ilmu Pengetahuan. Ide ini kemudian dijabarkan oleh Lakpesdam PWNU Jateng bekerjasama dengan LPTNU Jateng dan Universitas Wahid Hasyim Semarang. Termasuk beberapa kegiatan FGD sebagai tindak lanjut dari Muktamar Ilmu Pengetahuan. Pelaksanaan Muktamar Ilmu Pengetahuan yang sukses ini mendapat apresiasi dari PBNU. Bahkan Lakpesdam PBNU kemudian menyelenggarakan Muktamar Pemikiran di Jakarta yang pola pikirnya sebangun dengan Muktamar Ilmu Pengetahuan PWNU Jateng.
Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng KH Abdul Ghofar Rozin terpilih melalui forum demokrasi yang sehat namun ketat. Skore 18-16 menunjukkan betapa dinamika pemilihan berlangsung seru namun kondusif, ciri khas forum Kyai. Demikian juga laporan pertanggungjawaban pengurus lama diterima secara aklamasi. Gus Rozin adalah cendikiawan berkarakter santri NU, kelahiran 31 Juli 1976. Punya silsilah yang jelas, dengan usia produktif “Balita” alias dibawah lima puluh tahun. Figur ini bersama bekal kecakapannya sebagai intelektual dengan networking yang luas, seorang organisatoris tulen, seorang pengajar, kita yakini akan mampu mencemerlangkan roda jamiyah PWNU Jateng.
Bukti karya besar Gus Rozin dalam tataran nasional adalah berperan besar bersama PKB menjadikan Fatwa Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 sebagai Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober. Kepresnya mulai berlaku tahun 2015. Karya besar lainnya adalah memelopori lahirnya Undang Undang No 18 Tahun 2019tenrang Pesantren bersama PKB. Turnamen sepakbola Liga Santri, Gerakan Ayo Mondok, Gerakan Kemandirian Pesantren adalah bagian dari kinerja cemerlang seorang Gus Rozin. Jadi sangat pantas kita meniscayakan Horizon Rozin. Wawasannya organisasi dan kepemimpinannya memang Over The Horizon, Beyond Visual Range. Selamat menjalankan amanah Gus.
****
Semarang, 09 Maret 2024
Penulis adalah Pengurus Lakpesdam PWNU Jateng