Majalahaula.id – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Lampung, H Puji Raharjo memberikan apresiasi kepada Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Provinsi Lampung yang telah berinisiasi menggelar Sekolah Melon berbasis Greenhouse.
Sekolah Melon berbasis Greenhouse ini diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai pesantren se-Provinsi Lampung di Bumi Satmakura, Kecamatan Sukabumi, Bandar Lampung, Jumat-Ahad (16-18/2/2024).
“Program ini merupakan wujud integrasi teknologi pertanian modern ke dalam sistem pendidikan pesantren. Program ini sangat strategis dan menjadi langkah positif dalam mendayagunakan potensi pesantren untuk adaptif pada perkembangan teknologi khususnya teknologi pertanian,” ujarnya.
Kakanwil juga menilai bahwa program Sekolah Melon ini merupakan langkah progresif menuju pemberdayaan ekonomi dan kemandirian pesantren.
“Program ini tidak hanya tentang pembelajaran budidaya melon. Ini adalah tentang bagaimana kita dapat menginspirasi dan mendorong pesantren untuk menjadi lebih mandiri secara ekonomi, sambil berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal melalui inovasi dan kreativitas,” ungkapnya pada kegiatan yang dihadiri pendiri Institut Satmakura Insan Sejahtera H Mochtar Sani itu.
H Puji berharap program inspiratif ini mampu menjadi model untuk dikembangkan dan dilanjutkan di masa yang akan datang, bukan hanya di Lampung tetapi juga di seluruh Indonesia.
“Program ini menunjukkan potensi sinergi antara nilai-nilai tradisional pesantren dan inovasi teknologi modern. Kita berharap pesantren di Lampung khususnya terus bergerak dan berpartisipasi aktif dalam pemberdayaan ekonomi umat, melalui pendekatan yang berkelanjutan di bidang teknologi yang ramah lingkungan,” kata alumni Pesantren Tebuireng itu.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung itu optimis dengan fokus pada pembangunan kapasitas, inovasi, dan kolaborasi, Sekolah Melon berbasis Greenhouse bisa menjadi langkah baru menuju masa depan yang berkelanjutan dan sejahtera bagi pesantren.
“Pesantren yang memang awalnya dilahirkan secara mandiri harus terus memperkuat kemandirian dengan inovasi dan adaptif pada perkembangan zaman,” harapnya.
Dalam kurikulumnya Sekolah Melon berbasis Greenhouse mengedepankan pembelajaran teori dan praktik yang diharapkan dengan cepat diserap oleh para peserta.
Sementara itu, Ketua Himpunan Ekonomi Pesantren (Hebitren) Lampung, Hasan Errezha mengatakan, jenis melon yang dikembangkan adalah bernama Melon Sultan.
“Melon ini memiliki kelebihan dari melon biasa karena mempunyai ciri khas lain yakni kulit kuning keemasan, tekstur kulit cantik, dan daging buah yang segar dan menarik,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, tekstur daging buahnya pun lembut dan renyah serta yang terpenting rasa manis yang mengalahkan rasa melon-melon lainnya.
“Melon Sultan saat ini dibudidayakan di 14 greenhouse menggunakan teknologi modern yakni Internet of Things (IoT). Selain sebagai wahana melatih kewirausahaan para santri di bidang pertanian,” katanya.
Hasan Errezha mengatakan, Sekolah Melon sekaligus budidaya Melon Sultan di greenhouse pesantren ini juga semakin mengukuhkan bahwa santri bukan hanya berkutat dengan kitab kuning. Para santri juga memiliki daya saing tinggi di bidang ekonomi.