Search

Manfaatkan Smartphone sebagai Media Ajar

SMP Cahaya Quran (CQ)

Majalahaula.id – Berbagai terobosan dilakukan SMP Cahaya Quran Babat Lamongan yang berdiri belum genap 3 tahun ini, dengan memanfaatkan teknologi smartphone, salah satunya sebagai media pembelajaran aktif.

Ketua Yayasan Cahaya Quran, M Shorih Al-Kholid MA mengatakan, sejak SMP Cahaya Quran (CQ) resmi didirikan, hp menjadi alat penting dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di asrama. Siswa-siswi menjadi tahu bahwa di dalam hp tersebut ada banyak aplikasi yang bermanfaat, tidak hanya berkutan dengan game online.

“Jadinya, tidak hanya kenal Free Fire, PubG, Mobile Legend, atau game-game online lainnya,” ujarnya.

“Kami kenalkan dan ajarkan Canva, CapCut, Kinemaster, Snapseed, Kahoot!, WPS, bahkan hal remeh seperti memasang pin tempat di GPS.”

Tak cuma diajarkan materi, siswa-siswa SMP Cahaya Quran juga kerap menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut untuk praktik dalam pembelajaran sehari-hari.

Semisal untuk meringkas materi dalam bentuk poster, membuat video pendek edukasi, atau latihan mingguan menggunakan aplikasi Kahoot! atau Quiziz.

Baca Juga:  Tingginya Animo Masyarakat terhadap Sekolah Berbasis Pesantren

Kholid menambahkan, sekolah yang saat ini dipimpin oleh Yati Iqnail Farah SPdI ini berbeda dari sekolah swasta lain. Sistem pembelajaran yang diterapkan di SMP Cahaya Quran menggunakan konsep yang fokusnya pada penguatan bidang akademik.

Misalnya saat kelas pagi siswa hanya fokus mempelajari empat mata pelajaran (mapel) utama yaitu, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pelajaran lainnya dilaksanakan di siang hari.

“Pada pagi hari, sekolah diawali dengan kelas mengaji Al-Qur’an. Mereka terbagi dalam halaqoh-halaqoh kecil —sesuai tingkat mengaji masing-masing. Setelah itu, masuk sesuai kelas untuk mengikuti pelajaran utama. Lalu, siangnya seusai shalat Dzuhur berjamaah dilanjutkan mapel B seperti, Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Arab,” ujarnya.

Kholid menjelaskan, untuk modal penguatan akademik, di semester pertama siswa baru wajib mengikuti program matrikulasi, yang meliputi materi literasi dan numerasi. Matrikulasi literasi ini mencakup kegiatan membaca, mulai dari mengenal struktur kalimat, struktur paragraf, memahami kalimat, sampai memahami keseluruhan isi buku.
Siswa setiap hari diberi komik, novel, dan buku pilihan lain untuk dibaca.

Baca Juga:  Gus Makki Buka Bazar Inovasi dan Produk Sekolah/Madrasah NU

Lalu, secara bergantian siswa maju ke depan untuk menceritakan isi buku. Sampai mereka dirasa bisa memahami teks yang dibaca. Tahap berikutnya, presentasi. Pada proses ini pihak sekolah berupaya mengenalkan powerpoint yang bisa dioperasikan dengan hp, tapi lagi pakai laptop ala biasanya. Siswa diajarkan untuk menyimpulkan materi, membuat slide presentasi untuk ditayangkan di layar, dan menjelaskan di hadapan teman-temannya.

“Jadi, semacam kegiatan bedah buku, yang ada narasumber dan moderatornya,” ungkap Kholid.

Tahap selanjutnya, siswa diajarkan untuk membaca cepat atau speed reading. Program ini bekerja sama dengan Ummi Foundation Surabaya. Ada juga smart memory atau cara menghafal dengan cepat mulai dari membuat singkatan yang unik, menyusun kalimat cerita yang aneh agar mudah mengingat, dan lain sebagainya. Lalu, siswa belajar menyimpulkan, meringkas materi pelajaran menggunakan gambar mind map, dan terakhir ditutup dengan sesi presentasi.
Sedangkan matrikulasi numerasi adalah pelajaran berhitung. Siswa diajarkan betul hitung-hitungan angka. Mulai dari penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Baca Juga:  Pesantren Assalam Arya Kemuning Kutai Barat, Lakukan Perbaikan Jalanan yang Rusak

“Lima bulan pertama tidak ada pelajaran apapun, hanya matrikulasi literasi dan numerasi. Kalau pagi, selain belajar Al-Qur’an, anak kelas VII belajar literasi dan numerasi. Habis Isya’ juga masih kegiatan literasi dan numerasi. Sebenarnya, kita targetkan tiga bulan sudah menguasai, tapi tidak bisa. Mengingat kondisi siswa berbeda-beda. Sehingga pertengahan atau akhir November baru masuk pelajaran buku teks yang dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Diknas) itu,” ungkapnya.

Kholid menyebutkan, manfaat dari kegiatan matrikulasi ini cukup besar. Siswa-siswa jadi lebih mudah memahami bahasa Indonesia dan Matematika yang selama ini dianggap monster di sekolah.

 

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA