Search

Peringatan Harlah Ke-101 NU Diawali Istighotsah, Tak Ada Agenda Politik

harlah-nu

Majalahaula.id – Peringatan Harlah Ke-101 NU di Jogjakarta bisa jadi tidak seramai Harlah Satu Abad NU di Sidoarjo tahun lalu. Namun, tetap saja harlah NU kali ini menyita banyak perhatian. Sebab, pelaksanaannya berdekatan dengan Pemilu 2024.

 

Secara resmi, panitia Harlah Ke-101 NU sudah mengumumkan perincian rangkaian kegiatan hingga puncaknya pada Rabu (31/1) nanti. Dari paparan tersebut, tidak ada agenda yang secara spesifik membahas politik, khususnya Pemilu 2024. Tapi, bukan NU namanya jika tidak menghadirkan kejutan-kejutan.

 

Perincian kegiatan selama peringatan harlah NU itu disampaikan Ketua Panitia Pelaksana Harlah Ke-101 NU Syarif Munawi. Seluruh rangkaian inti dari Harlah Ke-101 NU dipusatkan di Kota Gudeg, Jogjakarta. Diawali dengan istighotsah atau doa bersama di Pesantren Sunan Pandanaran kemarin siang (28/1). Secara kalender Hijriah, NU lahir pada 16 Rajab 1344 H. Ditarik saat ini, 16 Rajab jatuh pada 28 Januari.

Baca Juga:  Eri Cahyadi Gandeng DMI Surabaya, Ada Apa?

 

Syarif mengatakan, istighotsah dipimpin langsung oleh Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori. Kemudian, diisi mauidzah hasanah oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Kegiatan tersebut diikuti warga dan pengurus NU Bantul, para kiai pesantren di Bantul, serta santri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. ”Kegiatan doa bersama digelar untuk memohon pertolongan Allah bagi kemaslahatan NU dan Indonesia,” katanya.

 

Pada hari kedua (29/1) digelar Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama. Acara itu menghadirkan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. PBNU juga akan menyelenggarakan Konferensi Besar (Konbes) NU di Hotel Melia Purosani, Jogjakarta, Selasa (30/1). ”Kegiatan Konbes NU kali ini akan fokus membahas peraturan perkumpulan (perkum) yang mengatur dasar dan wewenang pembahasan dan penetapan hukum,” jelasnya.

Baca Juga:  PCNU Aceh Besar Gelar Rapat Kerja di Sabang

 

Perkum yang akan dibahas, antara lain, soal pengelolaan fasilitas kesehatan. Kemudian, penyempurnaan perkum tentang permusyawaratan dan pengukuran kinerja. Puncak Harlah Ke-101 NU dilaksanakan Rabu (31/1) di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jogjakarta, rencananya dihadiri Presiden Joko Widodo.

 

Sementara itu, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf memberikan pidato sambutan pada acara istighotsah di Pesantren Sunan Pandanaran kemarin siang. Dia mengatakan, NU adalah kendaraan untuk satu perjuangan raksasa. Di mana perjuangan itu dari waktu ke waktu membutuhkan kekuatan yang semakin besar untuk menjalaninya.

 

Karena itu, Gus Yahya mengajak para kader muda NU, khususnya para santri untuk tidak menunda-nunda belajar tentang NU. “Karena para santri ini semua pada saatnya nanti kan menjadi pemimpin-pemimpin NU,” katanya.

Baca Juga:  Pentingnya Etika dalam Bermedia Sosial

 

Sementara itu, tokoh NU yang juga Wakil Ketua Umum MUI Marsudi Syuhud menyampaikan, harlah kali ini menjadi momentum untuk meneguhkan legasi atau warisan NU yang sudah dibangun selama ini. Dimulai dari warisan paham keagamaan ahlusunah waljamaah (aswaja). Bagi dia, aswaja mampu menghadirkan keberagamaan yang moderat, toleran, dan seimbang. Tidak ekstrem ke kanan (radikal) atau ke kiri (liberal). Dengan begitu, bisa menciptakan situasi keberagamaan yang rukun berdampingan

 

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA