Majalahaula.id – Interaksi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dengan warganet di media sosial lebih efektif dalam mendulang dukungan pemilih ketimbang konten video gimik. Sebab, semakin mendekati hari pemungutan suara 14 Februari 2024, pemilih membutuhkan informasi mendalam terkait calon pemimpinnya, termasuk visi, misi, dan program yang ditawarkan. “Ada keharusan untuk segera menentukan pilihan. Oleh karenanya, mereka (pemilih) butuh informasi yang jelas, yang gamblang,” kata analis komunikasi politik Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo, Selasa (03/1/2024).
Menurut Kunto, siaran langsung atau live tanya-jawab melalui media sosial TikTok yang belakangan dilakukan oleh capres nomor urut 1, Anies Baswedan, dan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD, berpotensi memberikan dampak elektoral. Para capres-cawapres ini dinilai tengah berebut ceruk suara pemilih muda lewat media sosial tersebut. Sebab, TikTok merupakan media sosial yang lekat dengan kelompok muda. Sementara, pada Pemilu 2024, tercatat ada 52 persen pemilih usia muda.
Dengan potensi suara yang demikian besar, tak heran jika capres dan cawapres berlomba-lomba menarik dukungan pemilih muda, termasuk melalui TikTok. Namun, untuk dapat menarik perhatian pemilih, capres-cawapres harus mampu berkomunikasi sesuai dengan karakteristik pengguna media sosial yang mereka sasar. Dengan demikian, tak akan muncul kesan bahwa interaksi para capres-cawapres di media sosial tersebut dibuat-buat hanya demi kepentingan politik. “Kalau di media sosial bisa berbicara dengan komunitas yang tepat dan bahasa yang tepat, itu kuncinya,” ujar Kunto.
Tak hanya Anies dan Mahfud, Kunto menyebut, semua capres-cawapres berupaya menarik perhatian pemilih muda melalui TikTok. Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, misanya, sejak dulu rajin mengunggah video tentang aktivitasnya bersama masyarakat di media sosial tersebut. Sementara, tim capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, kerap mengunggah video-video pendek yang menampilkan Prabowo-Gibran berjoget “gemoy”, diiringi latar musik yang tengah populer di TikTok.
Menurutnya, konten ringan seperti video berjoget atau gimik lainnya memang menarik perhatian pemilih, namun hanya pada awal masa kampanye. Di sisa masa kampanye yang kurang dari 1,5 bulan ini, anak muda membutuhkan konten yang lebih mendalam. (Ful)