Majalahaula.id, Sabtu (18/11/2023) pagi ketika bersiap-siap akan berangkat belajar tiba-tiba ada berita bahwa KH. Sholeh Sahal meninggal dunia. Bagi saya beliau adalah sosok Ulama dan Guru yang sering menjadi singa panggung dalam setiap ceramah – ceramahnya.
Banyak orang merasakan kehilangan sebab KH. Sholeh Sahal banyak meninggalkan jejak kebaikan. Ia adalah sosok Ulama Kharismatik dari Surabaya, beliau juga aktif di Organisasi Nahdlatu Ulama (NU) dan jabatan beliau sekarang adalah Wakil Rais Syuriah PCNU Surabaya.
Banyak penceramah yang sukses hari ini, tidak lepas dari didikannya dalam setiap proses-proses dan pemahaman bahwa berdakwah harus mempunyai jiwa keikhlasan. Di samping itu, ia dikenal seorang pengajar di Lembaga Pendidikan Bahasa Arab Masjid Agung Sunan Ampel, dimana dari sana banyak alumninya yang sukses menjadi tokoh di daerahnya masing – masing.
Sosok KH. Sholeh Sahal dikenal dengan Kiai seribu Ummat. Ia sosok yang terbuka untuk diskusi, apalagi berkaitan dengan masalah ummat dan perkembangan dakwah. Penulis sempat ditakdir menjadi santri beliau di LPBA MASA pada tahun 2008, 2010 s/d 2012, untuk belajar ilmu Bahasa arab seperti shoutiyah, muhadatsah dll.
Pertemuan sangat berharga dan membekas sampai kini, khususnya ketika mengajar. Ketika ia mengajar kelasnya selalu ramai karena ia bisa menguasai medan dalam pembelajaran, sosok yang sangat humoris baik di ketika di kelas, maupun dipanggung, para murid selalu dekat dengan ia dan ia pun menganggap semua muridnya adalah anaknya.
Dalam mengajar beliau memperhatikan semua muridnya terutama murid yang lemah dalam pembelajaran, karena prinsip beliau adalah suksesnya pembalajaran adalah ketika anak yang paling lemah pemahamannya bisa faham dengan keterangan yang diberikan oleh guru. Ada proses tarbiyah secara tidak langsung, kaitan bagaimana pentingnya tidak membeda-bedakan murid yang pintar dan kurang pintar. Sebagai orang yang aktif dalam pengurusan Nahdlatul Ulama, KH. Sholeh Sahal sering berpesan, Nahdlatul Ulama itu adalah organisasi dakwah jangan takut nantinya tidak bisa makan jika menjadi Ustad atau pendakwah, belajar yang sungguh-sungguh dengan tujuan yang baik tanpa mengharapkan selembar ijazah.
Ia juga sering berpesan agar selalu mendahulukan dan berbakti kepada orang tua karena dari situlah, rahmat dan pertolongan Allah akan turun dan memberikan kelancaran serta kemudahan dalam mengarungi kehidupan ini.
Akhirnya, KH. Sholeh Sahal telah pergi meninggalkan kita semua. Kita dapat mengambil pelajaran dari KH. Sholeh Sahal, terutama mengenai betapa pentingnya keseluruhan komitmen dalam kehidupan. Hanya melalui totalitas dalam berkomitmen, segala kebaikan yang kita lakukan akan memiliki makna yang mendalam bagi diri sendiri, terutama untuk kepentingan bersama. Sisanya, ingatlah untuk menyebarkan segala potensi kebaikan sebagai investasi untuk generasi mendatang. Selamat jalan, Kiai.. Al-Fatihah
Penulis: Mochammad Fuad Nadjib
Santri LPBA MASA