Search

Andi Sri Widiyati Irwan Polemik Hapus Tes Calistung

Majalahaula.id – Dirinya baru saja menerima penghargaan Wiyata Darma Utama dalam Apresiasi Bunda PAUD 2023. Penghargaan ini diberikan kepada Bunda PAUD yang berdedikasi tinggi khususnya pada Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

Diluncurkan pada Merdeka Belajar Episode ke-24, Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan tengah disosialisasikan oleh pemerintah. Bunda PAUD sebagai agen sosialisasi itu turut melancarkan program Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan di Daerahnya. Penghapusan tes membaca tulis hitung (calistung) dalam seleksi peserta didik baru SD menjadi sorotan di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Andi bercerita jika beberapa orang tua tidak setuju pada kebijakan tersebut.

Andi menuturkan jika kendala Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan melalui penghapusan tes calistung ditemukan pada golongan orang tua. Ia menjelaskan jika penolakan ini datang dari kekhawatiran anak yang nantinya tidak bisa membaca. “Orang tuanya protes, ‘Kenapa dihapuskan nanti anak kita tidak bisa membaca,’. Karena dia orang tuanya yang nggak bisa membaca. [Jadi] siapa yang mengajar kalau di rumah nggak bisa,” jelas Andi kepada wartawan di Mercure Convention Centre Ancol, Jalan Pantai Indah, Ancol, Jakarta, Rabu (08/11/2023).

Baca Juga:  KH Ahmad Mustofa Bisri Diskusikan Demokrasi Bersama Tokoh

Menanggapi hal itu, Andi mengaku telah ‘menenangkan’ orang tua jika pengajaran bahasa akan diajarkan di kelas awal. Ia juga mengingatkan agar sesama orang tua tidak membandingkan anak yang sudah bisa membaca dan yang belum. “Jadi ibu harus bersabar. Insyaallah anak ibu bisa apabila ibu mendampingi dan jangan membandingkan dengan anak yang sudah pintar membaca,” ujarnya.

Penghapusan tes calistung sendiri sudah diatur dalam regulasi Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang. “Jadi ada semuanya berdasarkan regulasi bupatinya. Mulai dari tes calistung, penekanan angka kekerasan anak, semuanya ada,” jelasnya.

Andi mengakui jika rata-rata anak di daerah kota, Kabupaten Pinrang, sudah bisa membaca. Tetapi hal ini berbeda dengan anak-anak yang tinggal di pegunungan. “Di pegunungan ada beberapa yang belum bisa tapi ada juga yang bisa cuman beberapa. Mungkin mereka kekurangan karena antara TK dan tempat tinggal mereka berjauhan,” jelas Andi. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA