Majalahaula.id – Adanya pondok pesantren di Indonesia, khususnya di Jawa, Kalimantan, dan Sumatra disebut tak lepas dari sosok Syaikhona Kholil Bangkalan.
Julukan Bapak Pesantren Indonesia telah melekat pada Syaikhona Kholil. Sebab, ia memiliki keilmuan yang diturunkan kepada para kiai pendiri pesantren.
Lahirnya Syaikhona Kholil Bangkalan
Syaikhona Kholil lahir pada hari Selasa, 14 Maret 1820 M. Atau 11 Jumadil Akhir 1235 H di Bangkalan.
Ayahnya bernama KH Abdul Latif, yang merupakan seorang kiai di Kampung Senenan, Kemayoran, Bangkalan. Syaikhona Kholil mempunyai silsilah yang tersambung sampai ke Sunan Gunung Jati.
Sebelum Syaikhona Kholil lahir, pemerintah Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Van Der Capellen mengawasi segala aktivitas penduduk Kota Bangkalan setiap harinya. Terutama aktivitas perdagangan antarpedagang Madura dan Pasuruan, yang berdatangan melalui pelabuhan di Surabaya.
Saat itu, masyarakat tidak dapat berbuat banyak. Bahkan, seorang pemimpin lokal Bakalan, Sultan Bangkalan II hanya berperan sebagai bawahan raja Belanda.
Hingga tahun 1820-an, masyarakat mengharapkan adanya ulama besar asal Madura yang mampu memberikan ilmu agama. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengirimkan anak-anak ke pondok pesantren di tanah Jawa.
Pendidikan Syaikhona Kholil Bangkalan
Sejak Syaikhona Kholil kecil, ayahnya memperkenalkan berbagai tradisi keislaman. Seperti diba’an atau kegiatan membaca sejarah ringkas keluhuran dan keagungan Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, melalui karya Syaikh Abdurrahman Ad-Diba’i. Tidak hanya itu, ayahnya juga mengajarkan cara membaca Al-Qur’an.
Beranjak remaja, KH Abdul Latief membawa putranya tersebut ke Pondok Pesantren Langitan di Tuban, yang terkenal dengan ilmu tata bahasa Arabnya. Sang ayah menitipkannya pada pengasuh pesantren bernama KH Muhammad Nur.
Pondok itu juga telah melahirkan beberapa tokoh generasi pertama NU, di antara KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, KH Syamsul Arifin, dan lainnya.
Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan
Syaikhona Kholil dikenal sebagai seorang ulama besar dan dihormati. Terutama oleh penduduk pesantren.
Syaikhona Kholil juga merupakan salah seorang yang berpengaruh dalam sejarah didirikannya organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Saat itu, beliau berupaya mengatasi keraguan KH Hasyim Asy’ari dalam mendirikan organisasi tersebut.
Syaikhona Kholil mengirimkan salah seorang santrinya, Kiai As’ad Syamsul Arifin untuk mengantarkan sebuah tongkat dan pesan dari Surat Thaha ayat 17-23 dan sebuah tasbih. Serta amalan Ya Jabbar Ya Qahhar.
Syaikhona Kholil memiliki karya seperti kitab berbahasa Arab karangannya yang bertajuk As-silah fi Bayan an-Nikah. Kitab ini membahas perihal fiqih pernikahan.
Kemudian kitab Al-Matnus Syarif al-Mulaqqan bi Fat-hil Latif yang membicarakan fundamen dasar hukum Islam (ilmu fiqih).
Demikian ulasan mengenai Syaikhona Kholil Bangkalan yang dijuluki sebagai Bapak Pesantren Indonesia. Semoga bermanfaat!