Majalahaula.id – Kitab Taurat Yahudi langka dipamerkan untuk pertama kalinya di Pameran Buku Internasional Riyadh, Arab Saudi. Manuskrip berusia berabad-abad itu jadi daya tarik utama pengunjung pameran di King Saud University, Kota Riyadh.
Gulungan Taurat itu ditulis dalam bahasa Ibrani, dan panjangnya sekitar 40 meter dengan lebar 90 sentimeter. Kitab suci yang diturunkan untuk Bani Israil atau Yahudi itu dipajang dalam kotak kaca yang aman sebagai bagian dari paviliun khusus.
Naskah tersebut muncul di samping manuskrip langka lainnya milik beberapa perpustakaan di Kerajaan Arab Saudi, termasuk Kompleks Perpustakaan Wakaf Raja Abdulaziz, Perpustakaan Raja Salman di Universitas Raja Saud, dan Perpustakaan Nasional Raja Fahd.
Direktur Departemen Manuskrip di Perpustakaan Nasional Raja Fahd, Talal Al-Shammari mengatakan bahwa perpustakaan tersebut memiliki berbagai manuskrip bersejarah yang ditulis di atas kulit, pelat tembaga, dan perkamen yang digunakan pada berbagai masa zaman dulu.
“Gulungan itu berisi 39 baris penjelasan dan teks Taurat yang ditulis dalam bahasa Ibrani dan berasal dari abad ke-16, kata Al-Shammari seperti dilansir dari Arab News, Jumat (6/10/2023).
Naskah langka tersebut konon milik Falash Mura, keturunan komunitas Beta Israel di Ethiopia.
Al-Shammari mengatakan bahwa gulungan itu atau dalam bahasa Arab disebut tumar, terdiri dari potongan-potongan kulit yang direntangkan dan diikat menjadi satu.
“Para penyalin Ibrani berhati-hati untuk tidak menambahkan materi baru apa pun ke dalam tulisan mereka, terutama dalam teks suci, karena mereka sangat ingin menggunakan alat-alat kuno. Oleh karena itu, kami menemukan mereka menggunakan kulit, tinta alam kuno, dan peralatan tradisional seperti pena bulu dan perkamen,” ujarnya.
Pengunjung pameran buku bertajuk “An Inspiring Destination” tersebut sangat antusias melihat dan membaca materi informasi yang menyertai gulungan tersebut.
“Naskah Taurat dan koleksi arkeologi lainnya diperoleh oleh Perpustakaan Nasional Raja Fahd baik melalui pembelian sah langsung dari pemiliknya atau melalui sumbangan,” kata Al-Shammari.
Pemilik akan menawarkan sebuah karya ke perpustakaan untuk dilestarikan dan disediakan bagi para peneliti, atau barang-barang tersebut dapat dihadiahkan ke perpustakaan, tambahnya.
Paviliun Pusat Kebudayaan Dunia King Abdulaziz atau Ithra juga populer di kalangan pengunjung yang ingin belajar tentang inisiatif dan program pusat tersebut.
Pusat yang berpartisipasi dalam pameran buku tersebut untuk kedelapan kalinya, memproduksi sejumlah buku, baik sendiri maupun bekerja sama dengan penerbit Saudi lainnya.
Dua bukunya ditampilkan di pameran tersebut. “Al-Mu’allaqat for Millennials,” yang telah diterjemahkan ke dalam lima bahasa, menguraikan 10 odes (Al-Mu’allaqat), dan menggambarkan kehidupan dan karya para penyair dalam bahasa Arab dan Inggris.
Buku kedua, “Dalam Jejak Nabi,” mendokumentasikan peristiwa seputar hijrah Nabi.
Pengembang Program Perpustakaan Ithra, Abdullah Al-Hawas mengatakan bahwa paviliun tersebut menawarkan pengenalan beberapa proyek, termasuk Inisiatif Pengayaan Membaca, yang termasuk dalam kompetisi Iqra. Program ini ditawarkan kepada semua siswa pria dan wanita di dunia Arab di berbagai bidang pendidikan.
Paviliun ini juga menawarkan kunjungan virtual ke Perpustakaan Ithra, yang berisi lebih dari 326.000 buku, dan layar interaktif yang menampilkan terbitan majalah Ithraeyat.