Majalahaula.id – Pesta demokrasi yang akan segera berlangsung di Tanah Air mendapat banyak respons dari sejumlah kalangan. Salah satunya adalah bagaimana menjadikan tempat ibadah steril dari kegiatan politik praktis. Hal tersebut sebagaimana dilakukan Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah dengan menebar spanduk penolakan politik di ruang ibadah. Hal tersebut sebagaimana terlihat dari kegiatan Ansor dengan menempelkan spanduk itu tersebar di masjid perkotaan hingga pedesaan di Kabupaten Tolitoli, Selasa (03/10/2023). Spanduk itu bertuliskan “Masjid untuk ladang ibadah dan silaturahmi, bukan untuk politik.”
Dikonfirmasi sejumlah insan media, Ketua PC GP Ansor Tolitoli, Fachri Fareza Abas menyebutkan bahwa salah satu badan otonom di NU ini menolak segala bentuk politisasi di ruang ibadah. “Semua kalangan harus memastikan bahwa tempat ibadah tidak boleh dikotori dengan kegiatan politik karena akan berakibat buruk bagi perjalanan demokrasi mendatang,” katanya.
Disampaikannya bahwa apa yang dilakukan lantaran didasari adanya beberapa politisi yang mencoba menggunakan masjid sebagai Media politik. “Tentu ini meresahkan mengingat masjid adalah tempat ibadah yang seharusnya jauh dari kata politik praktis. Jangan sampai ini semacam gerakan politisasi identitas,” tutur Fachri.
Dia menyebutkan, PC GP Ansor Tolitoli menggandeng pengurus masjid untuk menolak aktivitas politik praktis di dalam masjid. Diharapkan dengan langkah tersebut dapat meminimalisir dampak dari penggunaan tempat ibadah sebagai sarana untuk kepentingan sesaat dan dapat mengancam persatuan dan keutuhan bangsa. “Kalau hal ini telah menjadi kesadaran bersama, maka tahapan pemilu dapat dilalui dengan baik dan jauh dari kepentingan tertentu yang ujungnya tetap menjaga kebersamaan,” tandasnya.
Pihaknya terus melakukan pendekatan kepada berbagai kalangan, khususnya pemuka agama agar menjaga kebersamaan yang selama ini terjaga dengan baik. “Semoga hal ini akan berbuah baik bagi keutuhan bangsa,” pungkas dia. (Ful)