Search

Selama Kiblatnya Masih Sama, Tetap Muslim

Majalahaula.id – Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim), Gus HM Robith Fuadi mengungkapkan salah satu ciri utama Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) adalah tidak mudah mengkafirkan orang. Mengutip Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari dalam kitab Maqalat Al-Islamiyyin Wa Ikhtilaf Al-Mushallin, Gus Robith menekankan, selama masih shalat menghadap kiblat yang sama masih saudara muslim.

“Ini menjadi pembeda dengan kelompok lain di luar Aswaja yang saling mengkafirkan satu sama lain. Hal tersebut ditegaskan Abi Manshur Abdul Qahir bin Thahir bin Muhammad Al Baghdadi dalam kitabnya Al Farqu Baina al Firaq bahwa tidak ada selain Aswaja kecuali saling mengkafirkan,” ungkap Gus Robith dalam acara Majelis Mahasantri (Majma’) di Aula Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari Lantai III kantor PWNU Jatim pada Sabtu (9/9/2023).

Baca Juga:  Perkuat Pesan Persaudaraan

Dalam majelis yang diinisiasi PWNU Jatim ini, diisi dengan ngaji kitab muqodimah qonun asasi, yang merupakan pesan KH M Hasyim Asy’ari saat mendirikan NU.
“Dalam bahasa ulama lain, tidak mengeluarkamu dalam agama Islam kecuali kamu mengkufuri yang menyebabkan kamu Islam. Maka selama masih kiblatnya sama tetap muslim,” imbuhnya.

Alumni Universitas Al-Azhar Mesir itu kemudian menguraikan terkait bahaya Syi’ah. Menurutnya, Syi’ah meyakinan sesuai nash dari Nabi Muhammad yang menjadi khalifah setelah nabi wafat adalah Ali bin Abi Thalib. Keyakinan tersebut berkonsekuensi jika kholifah setelah nabi bukan Ali bin Abi Thalib adalah sebuah kesalahan.

Maka yang mendukung Abu Bakar menjadi khalifah adalah mendukung kesalahan. “Akhirnya Syi’ah tidak mau mengambil ajaran agama dari orang-orang yang telah dianggap mengambil hak Ali bin Abi Thalib,” paparnya.

Baca Juga:  Dalil Kita Lebih Kuat

Lebih lanjut, yang bisa dipercaya menurut Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib berserta anak turunnya. Oleh karena itu, hadist-hadist yang dipakai oleh Syi’ah berbeda dengan hadist yang dipakai oleh Aswaja seperti hadist Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasa’i, dan Imam Tirmidzi. Syi’ah hanya memapaki hadist yang diriwayatkan oleh ahlul bait dan pendukungnya. Padahal hadist Rasulullah SAW diriwayatkan oleh banyak sekali sahabat.

“Karena hanya mengambil hadist dari ahlul bait dan pengikutnya, Syi’ah otomatis membuang banyak sekali ajaran Rasulullah sehingga pemahaman agamanya tidak sempurna,” tandasnya.(Vin)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA