Search

Pesantren NU Pertama di Jepang Pertahankan Arsitektur Khas Lokal

Majalahaula.id – Proyek pembangunan pesantren Nahdlatul Ulama (NU) pertama di Jepang telah mengambil langkah menarik dengan mengumumkan bahwa struktur bangunan khas Jepang akan dijaga dan dimasukkan dalam desain bangunan pesantren tersebut. Keputusan ini merupakan bagian dari upaya untuk menghormati budaya lokal dan menciptakan harmoni antara nilai-nilai Islam dan keunikan arsitektur tradisional Jepang.

Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jepang, Achmad Gazali, mengatakan pesantren NU pertama di Jepang itu direncanakan akan memiliki nuansa arsitektur tradisional Jepang yang akan diterapkan dalam beberapa aspek desain bangunan.

“Pengelolaan pesantren dilakukan secara bertahap. Tapi pada akhirnya, kita sesuaikan dengan kondisi di Jepang, termasuk struktur bangunan dan pemandangan sekitar kita akan mempertahankan khas Jepang, agar lebih mudah diterima keberadaannya oleh masyarakat lokal,” kata Gazali, Rabu (23/8/2023).

Baca Juga:  Mengenal Lebih Dekat Pesantren Roudlotul Muta'abbidin Lamongan

PCINU Jepang sebagai salah satu elemen jamiyah NU telah menyelesaikan pembayaran lahan dan bangunan seluas 911m2 di Kota Koga, Prefektur Ibaraki, Jepang senilai ¥ 7,822,060 pada Jumat (4/8/2023) lalu. Lahan dan bangunan tersebut akan dijadikan sebagai pesantren NU pertama di Jepang yang berhaluan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah.

Gazali menutur, rencananya pesantren ini akan memiliki taman yang dirancang dengan elemen-elemen taman tradisional Jepang seperti taman batu dilengkapi dengan pohon-pohon Sakura. Pembangunan fisik pesantren telah dimulai tepat setelah pembelian lahan dan bangunan pada tanggal 4 Agustus 2023. Renovasi bangunan dijadwalkan akan rampung dalam beberapa bulan mendatang.

“Renovasi dimulai sejak lunasnya pembayaran tgl pelunasan ada di poster, Diharapkan bisa selesai 1-2 bulan ke depan, dan bisa dipakai untuk tempat Konfercab PCINU Jepang ke 2,” jabar dia.

Baca Juga:  MWCNU Kepil, Launching Pesantren Pelajar Al-Haq Madani NU di Wonosobo

Pembangunan pesantren sendiri terbagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap pembebasan lahan dan bangunan, tahap renovasi, tahap pengembangan jangka pendek berupa kegiatan-kegiatan kecil dan perizinan, tahap jangka menengah berupa penambahan kegiatan-kegiatan kajian rutin keagamaan dan pengembangan keorganisasian, serta tahap jangka panjang berupa eksistensi pesantren dengan penerimaan santri mukim.

Pesantren ini akan membuka pintu bagi masyarakat umum untuk belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas keagamaan. Namun, bagian yang paling menonjol adalah rencana penerimaan santri keturunan Indonesia-Jepang yang memiliki ikatan budaya dan keturunan dari dua negara.

“Siapapun boleh (nyantri), walau target utama adalah anak-anak hasil pernikahan orang Indonesia-Jepang,” ungkap dia.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA