Search

Prihatin Hasil Pembangunan Belum Bisa Dinikmati Rakyat

Majalahaula.id – Hingga saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan pembangunan di berbagai sektor. Akan tetapi yang sangat disayangkan adalah hasilnya belum bisa dirasakan rakyat kebanyakan, malah justru dinikmati elite tertentu.

Kritik ini disampaikan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid. Dirinya mengkritik pemerintah atas sejumlah hal yang hingga kini belum bisa memenuhi cita-cita para pendiri negeri. Kritik yang dilancarkan Alissa ini adalah soal kualitas hidup manusia hingga mengenai agenda pembangunan yang tidak dilaksanakan secara sungguh-sungguh untuk rakyat. Agenda-agenda pembangunan itu justru dimanfaatkan para elite untuk kepentingan mereka sendiri.

Padahal, kata Alissa, para guru mulia atau pendahulu bangsa merupakan seorang ksatria yang terus bekerja untuk menunaikan janji suci kemerdekaan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. “Janji suci yang sampai saat ini belum terpenuhi. Kesejahteraan umum? Kehidupan bangsa yang cerdas? Indonesia yang adil dan makmur? Kadang, itu seperti asa indah yang lebih terasa semakin menjauh, tidak semakin mendekat,” katanya sebagai refleksi kemerdekaan beberapa waktu berselang.

Baca Juga:  Presiden Kukuhkan 68 Paskibraka Tingkat Pusat

Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, kualitas hidup manusia Indonesia belum cukup memadai. Dalam peringkat indeks pembangunan manusia, Indonesia masih jauh di bawah 100 negara teratas di bumi ini. Bahkan dalam ukuran Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA), Indonesia masih masuk dalam kategori negara terbelakang. Kesejahteraan juga masih jauh dari jangkauan. Para warga bangsa yang terpinggirkan, tak kunjung mendapatkan haknya untuk hidup dalam sistem yang adil baginya. Sebagaimana yang diperjuangkan para kelompok adat, petani, pekerja rumah tangga, penyandang disabilitas, bahkan bagi perempuan. “Seringkali kita katakan bahwa Indonesia maju untuk gerakan perempuannya. Tapi masih banyak perempuan yang terdesak oleh tradisi yang memangkas potensi mereka,” ucapnya.

Baca Juga:  Fatayat NU Gelar Uji Kompetensi Pembimbing Haji dan Umrah

Kualitas kehidupan atau kehidupan berbangsa di negeri ini juga belum cukup memadai. Hal itu ditandai dengan terus adanya pertikaian antarkelompok masyarakat serta mental mayoritas-minoritas yang mengorbankan kelompok kecil dan lemah. Kemudian, kualitas kehidupan bernegara di Indonesia pun belum cukup memadai. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA