Search

Polusi Semakin Parah, Saatnya Beralih ke Transportasi Hijau

Majalahaula.id – Masalah polusi udara di Jakarta menjadi perhatian sejumlah kalangan. Perlu langkah serius dan terukur agar masalah ini segera menemukan solusi terbaik karena dampaknya bagi kesehatan penduduk demikian mengkhawatirkan.

Karenanya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mendorong transportasi hijau. Hal tersebut dengan digunakannya antara lain bahan bakar nabati dan konversi dari sepeda motor bahan bakar minyak ke listrik. Semua diyakini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca serta polusi udara, termasuk di Jabodetabek, yang belakangan menjadi sorotan.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, campuran biodiesel sebesar 35 persen dengan solar (B35) di Indonesia merupakan solar dengan campuran bahan bakar nabati yang tertinggi di dunia. Sementara campuran bioetanol sebesar 5 persen dengan bensin (E5) sudah mulai diterapkan di beberapa stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Surabaya dan Jakarta.
”Sekarang banyak (dibahas) tentang polusi udara dan sebagian besar disumbang oleh transportasi. Jadi, (penggunaan bahan bakar nabati) ini penting untuk mengurangi emisi dan polusi,” ujar Yudo di sela-sela peluncuran ASEAN Green Transport Rally di Kementerian ESDM, Jakarta, Ahad (20/08/2023).

Baca Juga:  6 Imbauan agar Terhindar dari Sengketa Pencalonan DPD

Berdasarkan ASEAN Energy Outlook ke-7 Tahun 2020-2050, transportasi merupakan salah satu sektor dengan konsumsi energi terbesar di Asia Tenggara, terutama produk bahan bakar fosil. Hal itu menjadi masalah karena ASEAN merupakan pengimpor bersih (net importer) minyak bumi, yakni sekitar 182 juta ton setara minyak (Mtoe) pada tahun 2020. Sementara pada 2050, permintaan energi diperkirakan meningkat 3 kali lipat.

Sementara itu, program konversi sepeda motor berbahan bakar minyak (BBM) ke listrik juga dipercepat, terlebih ada insentif Rp 7 juta per unit kendaraan dengan kuota 50.000 unit pada 2023 dan 150.000 unit pada 2024. Saat ditanya progres realisasi program tersebut, Yudo tak menjawab. Namun, ia meyakini kuota 50.000 unit konversi dapat tersalurkan hingga akhir 2023. (Ful)

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA