Majalahaula.id – Pelajar International Boarding School (IBS) Padepokan Kyai Mudrikah Kembang Kuning (PKMKK) di Desa Lancar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, berhasil menerbitkan 9 buku.
Buku-buku tersebut dikerjakan selama setahun di sela-sela kesibukan para pelajar yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs). Sembilan buku yang sudah diterbitkan berjudul Jejak Sebelas Bidadari: Berburu Invertebrata, Asyiknya Jadi Santri, Liburan di Pesantren Camp, Mafiza Jawny, Dunia Pesantren, Pernah Percaya Kemudian Menyerah, Hopefully Night, Bertasbih di Atas Debu, Tahya al-arabiyah fi Lisaani wa Kitaabati.
Selain 9 buku tersebut, sudah ada 9 naskah yang juga akan diterbitkan. Naskah tersebut ialah Membangun Peradaban Literasi Digital di Bumi Kembang Kuning, Rinai Kisah di Pesantren, Mentari Moderasi Beragama di Pesantren, Moderasi Beragama di Pesantren: Mahabbah Kultur Santri, Moderasi Beragama: Melodi Tauhid Cerita Penuh Hikmah, Memupuk Hati Menyusun Puzzle Kehidupan Santri; Netra Santri: Cerita Santri Penuh Hikmah, Halaqoh Cinta Pesantren, dan Analekta Aksara Moderasi Beragama di Pesantren.
Direktur Utama IBS PKMKK Achmad Muhlis menjelaskan, para siswa digembleng secara khusus untuk bisa membuat karya tulis yang diterbitkan menjadi buku.
Salah satu metode yakni satu kegiatan ditulis menjadi 1 paragraf. Dari 1 paragraf itu kemudian terus dikembangkan menjadi banyak paragraf sehingga menjadi 1 tulisan panjang.
“Setiap santri dan siswa, wajib setiap hari menulis 1 paragraf dalam 1 kegiatan. Programnya one paragraph one activity,” kata Ahmad Muhlis dikutip dari kompas.com
Peraih doktor ilmu politik ini menambahkan, untuk menunjang program penulisan itu, masing-masing siswa dibekali 1 laptop dengan spesifikasi tinggi core i7. Spek laptop tinggi itu, juga digunakan oleh para siswa untuk program desain grafis dan editing video.
Muhlis beralasan, para siswa digodok demikian agar mereka memiliki kesadaran literasi di tengah banjirnya informasi dan kemajuan teknologi. Sehingga, siswa yang sudah dibekali dengan ilmu agama dan pengetahuan, bisa terintegrasi dengan teknologi dan literasi informasi.
“Dari kegiatan di lapangan, kemudian dibawa ke forum diskusi-diskusi ringan para santri yang masih berusia belasan tahun, berlanjut kepada penyampaian ide dan lahirlah karya tulis dalam bentuk buku,” ungkapnya.
IBS PKMKK sendiri baru setahun berdiri. Di tahun pertama, hanya 15 santri yang memiliki kesempatan belajar.
Di tahun kedua, ada 24 santri yang diterima. Para santri juga dididik dengan pengetahuan dan keterampilan lainnya. Seperti menghafal Al Quran, ilmu hadis, fiqih, tauhid, nahwu dan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Pelajaran itu semua, diintegrasikan dengan teknologi berupa interactive flat panel generasi terbaru core i9 dan smart TV.
“Sampai saat ini, biaya pendidikan gratis. Meskipun lembaga pendidikan ini berada di pelosok kampung, tapi kualitasnya tak akan kalah dengan anak-anak kota,” ungkap Muhlis.