Majalahaula.id, Kudus – Untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi selama produksi dan mendata pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di desa Krandon, Kudus, Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) MIT-16 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo posko 120 mendatangi UMKM di wilayah kelurahan tersebut, belum lama ini.
Kunjungan yang dilakukan oleh divisi Sosial Masyarakat dan Lingkungan tim KKN MIT-16 UIN Walisongo posko 120 tersebut dilakukan setelah tim tersebut mendapat informasi dari Kepala Desa Krandon, beberapa hari sebelumnya.
Salah satu pelaku UMKM adalah Juriah, yang mengembangkan usaha makanan keripik, yaitu keripik tempe, keripik pisang, dan kembang goyang. Juriah mengembangkan UMKM tersebut selepas dirinya berhenti dari pekerjaannya dan ingin fokus mengasuh anak pada tahun 2020, pola pendistribusiannya melalui menyetor ke toko-toko, warung dan pasar.
Kripik tempe Juriah yang sudah memiliki sertifikat halal tersebut dikemas beragam, mulai dari kemasan ekonomis Rp. 1000 hingga pesanan khusu untuk acara besar besar seperti hajatan pernikahan dan kiloan. Wanita tersebut mengungkapkan bahwa pada bulan Ramadhan selalu kebanjiran orderan sehingga memproduksi keripik setiap hari tanpa henti hingga mendekati waktu lebaran.
Pesatnya usaha Juriah belum menambahkan inovasi untuk memasarkan produknya melalui media sosial, hal tersebut mengingat pihaknya saat ini telah kewalahan menangani pesanan. “Kewalahan mba, ini saja sudah sangat kewalahan sekali apalagi kalau nanti menerima orderan melalui media sosial,” jelas Juriah.
Area pemasaran konvensional produknya saat ini telah menjangkau hingga pasar Genuk, Semarang. Produknya dikenal luas dengan beberapa diferensiasi, salah satu diiferensiasi produk UMKM Juriah adalah ukurannya. “Yang membuat kami heran adalah bentuk kembang goyang yang tak seperti biasa. Bentuknya 2 kali lebih kecil sehingga dapat dimakan hanya dengan satu kali suapan,” ucap salah satu anggota tim KKN.