Majalahaula.id – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Barat (Sulbar), KH Adnan Nota turut prihatin atas kembali terjadinya pelecehan seksual di pondok pesantren. Karena itu dirinya berharap masalah ini ada perhatian dengan diadakannya pembinaan bagi pesantren yang ada.
“Persoalan ini berulang. Memang harus ada pembinaan kepada pondok pesantren, makanya kita mengutuk keras yang melakukan tindakan pelecehan seksual kepada santri,” kata Kiai Adnan, Selasa (11/07/2023).
Lantaran fenomena ini bukan hanya terjadi di pulau Jawa, tapi, sudah masuk ke Sulbar yang cukup memprihatinkan. “Saya anggap ini persoalan darurat. Kekerasan seksual kepada santri itu sudah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan,” ungkapnya.
Karena itu, pemerintah harus hadir dan mengambil langkah yang tepat. Termasuk, saat pendirian pondok pesantren harus ada aturan ketat. “Kita lihat hari ini kejadian berulang terus. Makanya pemerintah harus membuatkan regulasi yang ketat kaitan dengan pendirian pondok pesantren,” harap dia.
Dalam pandangannya, kelak pondok pesantren jika memenuhi beberapa hal, salah satunya ada kiai atau pengasuh yang memiliki keilmuan agama luas. Akan tetapi, tidak sampai di situ saja perlu juga figur yang teladan, karena selama ini kalau sudah bergelar ustadz dan saat mendirikan pondok langsung dilegalkan. “Inilah yang perlu diketatkan. Kiai itu betul memiliki keilmuan agama, tapi butuh teladan dan figur pribadinya yang ditahui jejaknya di masyarakat,” ujarnya.
Dalam praktiknya, pondok pesantren memang melakukan proses keagamaan dan dilaksanakan dengan baik mulai pengajian hingga materi yang disampaikan kepada santri. Demikian pula masalah kurukulum pesantren juga harus jadi perhatian karena akses ustadz kepada santrinya hampir tidak terbatas. “Makanya, perlu ada regulasinya misalkan jika pukul 22.00 Wita ke atas tidak ada lagi proses pembelajaran dilakukan agar anak-anak santri istirahat,” tandas dia. (Ful)