Majalahaula.id – Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU Jawa Tengah menyelenggarakan duiskusi dengan tema “Peran Dinas dan Lembaga dalam Perencanaan dan Penanganan Stunting di Jateng melalui Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak yang Optimal” di Rodjo Resto Kota Semarang, Jumat (23/06/2023).
Hadir narasumber lainnya adalah Analis Gizi Dinkes Provinsi Jateng Padmi Suparti, Wakil Sekretaris IV PW Fatayat NU Jateng Umi Hanik dan acara dibuka oleh Ketua PW Fatayat NU Jateng Tazkiyatul Muthma’innah.
Masih tingginya kasus stunting, maka peran organisasi perempuan harus ditingkatkan dalam pencegahan. Terbaru, Fatayat NU Jawa Tengah diminta menjadi “Polisi Stunting” yang berperan menutup pintu-pintu masuk peluang terjadinya stunting pada anak. Dokter sekaligus ahli gizi, dr Tan Shot Yen menyampaikan kondisi stunting tidak terjadi dengan tiba-tiba. Melainkan ada faktor penyebab dan diperparah dengan terbukanya pintu-pintu masuk menuju kondisi stunting tersebut.
“Kadang ibu-ibu berpendapat bahwa bobot anak tidak naik tidak apa-apa, asalkan sehat. Itu salah. Melihat tumbuh kembang anak harus menyeluruh. Berat badan dilihat menurut umur, tinggi badan juga dilihat menurut umur,” ujar Tan Shot Yen.
Tan Shot Yen bahkan menegaskan jangan sembarangan memberikan susu formula pada bayi atau anak. Ibu juga wajib memberikan ASI pada anaknya, jika ada yang menghalangi bisa dipidana sesuai UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan.
“Fatayat NU harus jadi polisi! (kadang) ada mbak-mbak memberikan sufor (susu formula), atau bagi-bagi di Posyandu atau malah jual. Posyandunya saja memberikan susu formula tidak boleh. Susu apapun tidak bisa gantikan ASI,” tegasnya.
Pada acara yang bekerja sama dengan UNICEF tersebut, Analis Gizi Dinkes Provinsi Jateng Padmi Suparti menyampaikan stunting menjadi salah satu fokus program Pemprov Jateng. Selain ancaman masih tinggi, angka penurunannya juga rendah. Bahkan sebagian kabupaten mengalami peningkatan, seperti Purbalingga, Temanggung, Karanganyar dan Grobogan. (Ful)