Majalahaula.id – Kehadiran chatbot berbasis artificial intelligence (AI), ChatGPT menimbulkan kekhawatiran dari banyak kalangan, termasuk tenaga pendidik atau guru. Dengan kemampuannya, ChatGPT dinilai dapat menggantikan peran guru di masyarakat.
Hal ini membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menanyakan hal ke bos OpenAI, Sam Altman. Pertanyaan dilontarkan Menteri Nadiem dalam acara bertajuk “Conversation with Sam Altman” yang digelar di Jakarta.
“Teknologi ini membuat guru-guru ketakutan karena penilaian kuantitas dan kualitas dalam proses belajar-mengajar akan tertantang dengan kehadiran teknologi ini. Sistem pendidikan memang perlu beradaptasi, namun bagaimana tanggapan Anda?” tanya Nadiem.
Menjawab pertanyaan tersebut, Sam mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Menurutnya, gempuran teknologi seperti AI jika dimanfaatkan dengan maksimal justru akan mempermudah pekerjaan umat manusia sekaligus menambah kreativitas.
Dalam paparannya, Sam menyinggung kehadiran kalkulator dan search engine yang dulu juga sempat mendapat penolakan di dunia pendidikan lantaran segala informasi bisa diketahui hanya dengan membuka Google. Alih-alih menolaknya, Sam menyarankan masyarakat memanfaatkannya.
“Teknologi yang Anda katakan, ini seperti alat baru yang dimiliki manusia. Dengan alat baru, kreativitas manusia, kemampuan, potensi, dan harapan manusia juga meningkat. Jika potensi setiap siswa akan naik maka kecepatan belajar setiap siswa akan naik,” tutur Sam yang tampak mengenakan baju batik.
Sam menyebut di dunia pendidikan, proses-proses seperti menulis tangan masih sangat penting karena ini menjadi salah satu cara untuk mempelajari sebuah hal, serta mengungkapkan apa yang ada di pikiran.
“Namun kita mungkin akan melakukan evaluasi dalam cara yang berbeda, dan mungkin mengajari mereka cara yang berbeda, mengajari cara menghargai proses berpikir tentang ide-ide baru dengan alat yang baru, seperti beroperasi di tingkat yang lebih tinggi.”
Lebih lanjut, ia menceritakan saat pertama kali ChatGPT rilis Amerika Serikat, banyak sekolah yang melarang penggunaannya. Meski begitu, dengan cepat banyak guru yang mengakui bahwa mereka salah dan akan merangkulnya, bahkan mengembangkannya di dalam pembelajaran yang dilakukannya.
“Dan itu sangat berharga untuk banyak pelajar. Orang-orang yang mulai belajar saat ini, saya rasa akan jauh lebih mampu daripada kita semua, karena mereka belajar dengan alat yang baru, beginilah manusia membuat kemajuan,” ujarnya
OpenAI sendiri didirikan pada Desember 2015 oleh beberapa nama terkenal di dunia teknologi, seperti Elon Musk, Greg Brockman, dan Sam Altman. Kala itu, OpenAI bertujuan mengembangkan kecerdasan buatan yang ramah pada manusia dan mampu membantu menyelesaikan masalah kompleks. Hasil buah pemikiran dan pengembangan tersebut adalah generative pre-trained transformer atau yang kita kenal sebagai ChatGPT saat ini.