Search

3 Destinasi Wisata Religi di Salatiga

Majalahaula.id – Salatiga mempunyai beberapa objek wisata religi yang bisa kamu kunjungi. Berikut objek wisata religi yang direkomendasikan untuk kamu.

1. Makam Nyai Kopek

Sebagian besar masyarakat yang berziarah ke makam Nyai Kopek, menyakini bahwa tempat tersebut merupakan tempat mustajab untuk memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka yakin, dengan berdoa di makam tersebut apa yang diinginkan bisa terkabul.

Makam yang berada di lingkungan Kampung Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Salatiga ini menjadi tempat wisata religi. Pengunjung datang dari berbagai daerah, baik Salatiga maupun daerah lain.

Nyai Kopek adalah tokoh penyebar agama Islam di Salatiga dan mendidik warga Pancuran menjadi lebih baik. Dulu Pancuran dikenal dengan kampung bromocorah (preman). Sekarang kampung ini berubah menjadi religius dan masyarakatnya memiliki jiwa seni yang tinggi.

Nyai Kopek adalah tokoh di Kasunanan Surakarta di saat negeri ini masih dikuasi oleh pemerintah kolonial Belanda. Nyai Kopek dan suaminya Ki Sekar Gadung Melati adalah tokoh muslim yang kontra dengan kolonial Belanda. Mereka memilih keluar dari kasunanan dan mengembara menyebarkan ilmu agama Islam di Salatiga.

Baca Juga:  3 Desa Wisata di Sumatera Barat Terima Bantuan Dana 120 Juta

Nyai Kopek melakukan syiar agama Islam di daerah Pancuran dan sekitarnya di Salatiga. Sedangkan suaminya Ki Sekar Gadung Melati mengajarkan agama Islam di wilayah Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.

Setelah meninggal Nyai Kopek dimakamkan di Pancuran. Sedangkan suaminya dimakamkan di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang kurang lebih enam kilometer dari makam Nyai Kopek.Makam Nyai Kopek dibuka 24 jam, di sana tersedia mushola untuk peziarah yang beribadah.

2. Masjid Damarjanti

Masjid Damarjati adalah masjid tertua di Salatiga. Masjid yang terletak di Dukuh Krajan RT 02 RW V, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, ini secara umum bentuk bangunannya tak jauh berbeda dengan masjid lainnya. Namun masjid ini menjadi menjadi pusat kegiatan agama Islam Tokoh masyarakat Krajan.

Baca Juga:  Warga Lombok Sambut Ramdan dengan Bebersinan

Masjid ini d idirikan pada tahun 1826, oleh Ki Ronosetiko Laskar Pangeran Diponegoro, yang juga dibantu oleh Kyai Damarjati. Masjid Damarjati sudah mengalami beberapa kali renovasi, dan pada salah satu renovasinya dibuat prasasti yang berisi sejarah bagaimana Masjid Damarjati didirikan, Masjid Damarjati dibangun diatas lahan seluas 369 meter persegi, dan sudah mengalami 2 kali renovasi yang dilakukan pada tahun 1978 dan pada tahun 2007.

Keberadaan masjid ini tak lepas dari figur Kiai Ronosetiko dan Kiai Sirojudin yang diyakini berasal dari Mataram. Berdasarkan cerita para leluhur, dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, kedua ulama tersebut memilih cara yang tidak frontal, tapi melakukan perlawanan dengan cara ngayam alas atau gerilya.

Baca Juga:  Menikmati Suasana Ramadhan di Kajoetangan Heritage Kota Malang

3. Masjid Klenteng

Bangunan ornamen Tionghoa yang didominasi warna merah dan dihiasi lampion, merupakan Masjid Majelis Taklim Hidayatullah. Masjid ini dibangun pada 2005 silam. Warga Salatiga menyebutnya dengan nama Masjid Klenteng.

Masjid didirikan oleh Yusuf Hidayatullah warga Tionghoa yang tinggal di lokasi masjid merupakan pengusaha makanan khas Salatiga, enting-enting gepuk.
Yusuf membangun masjid tersebut sepulang dia beribadah di Tanah Suci Mekah dan Madinah.

Yusuf sengaja membangun masjid dengan ornamen khas Tionghoa karena dirinya ingin memeluk agama Islam tanpa meninggalkan budaya nenek moyangnya. Setelah Yusuf Abdullah wafat, kakak pengelola masjid Cholid Mawardi yakni Agus Ahmad membeli tanah serta bangunan ini di tahun 2020.

Masjid ini direnovasi ketika ada kerusakan, pengelola juga menambah aula serta Pondok Pesantren Enterpreneur. Tujuan pendirian pondok ini adalah agar Masjid Klenteng kian semarak.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA