Majalahaula.id – Perlahan namun pasti, bangsa Indonesia termasuk di dalamnya warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin akan memasuki pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres). NU sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan dianggap hanya menjadi faktor pendulang suara karena memiliki jumlah warga yang sangat besar.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menegaskan bahwa NU lebih dari sekadar mesin pendulang suara. Sekalipun menjadi pendulang suara dalam pemilu maupun pilpres, kata Gus Ulil, NU tetap memiliki kepentingan dalam hal kepemimpinan nasional.
“NU sebagai ormas punya aspirasi agar arah kebijakan negara ke depan membawa maslahat. Tetapi itu diperjuangkan oleh NU dengan posisinya yang bukan sebagai partai politik,” tegas Gus Ulil, Kamis (09/06/2023) sebagaimana dilansir NU Online.
Menurut Gus Ulil, penilaian para pihak mengenai NU sebagai pendulang suara merupakan hal wajar bagi sebuah negara demokrasi. Namun, ia mengingatkan kalau NU tetap punya kepentingan yang lebih besar daripada hanya persoalan elektoral. “Tentu saja NU punya kepentingan secara politik agar arah negara ini ke depan, secara politik, sosial, keagamaan, ekonomi secara kebudayaan menuju pada arah yang membawa maslahat bagi warga NU terutama dan juga bagi rakyat Indonesia secara umum,” katanya.
Karena itu, NU sebagai lembaga dan para pimpinannya akan menyuarakan aspirasi mengenai sosok yang tepat untuk membawa visi kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia. “Jadi melihat NU juga jangan diperlakukan sebagai partai politik. Tetapi NU tentu saja punya kepentingan agar arah negara ini ke depan itu arah yang membawa maslahat secara keseluruhan sesuai dengan visi kita mengenai ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah,” tegas dia.
Dirinya juga menegaskan bahwa suara Nahdliyin tersebar di mana-mana, tidak hanya berpusat di satu partai politik. “Suara warga NU tersebar di mana-mana. Tidak hanya di dalam satu partai politik,” ujarnya. Apalagi Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat ini telah secara proporsional mendudukkan posisi NU sebagai ormas Islam, bukan partai politik. (Ful)