Majalahaula.id – Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Kedungwangi, Sambeng, Lamongan menggelar santunan anak yatim piatu dan lansia. Agenda yang bekerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Nahdlatul Ulama (LKS NU) Al Harokah ini dipusatkan di Masjid Al Maidah, Dusun Kedungpucang, Kedungwangi, Sambeng, Lamongan, Jumat (02/06/2023).
Santunan tersebut diberikan langsung saat pertemuan rutin lailatul ijtima PRNU Kedungwangi. Santunan juga menyasar penyandang disabilitas berupa pemberian kursi roda. Kegiatan itu dihadiri Ketua PCNU Babat, Sekretaris MWCNU Sambeng, sejumlah tokoh agama dan masyarakat, serta 350 jamaah.
Ketua LKS NU Al Harokah, Widyanto mengatakan, LKS NU Al Harokah merupakan satu-satunya LKS di Jawa Timur yang bernaung di bawah Nahdlatul Ulama. Ia menceritakan, bahwa standnya LKS NU Al Harokah merupakan berkah keikutsertaan PRNU Kedungwangi di ajang PWNU Jatim Award beberapa waktu lalu.
“Jadi, saat PRNU Kedungwangi menyiapkan berkas untuk PWNU Jatim Award, kami juga menelaah Peraturan Perkumpulan (Perkum) Nahdlatul Ulama yang bisa menjadi pijakan sekaligus langkah awal kita mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial ini,” ujar Widyanto.
Widyanto menyebutkan, bantuan yang disalurkan melaui LKS NU Al Harokah tidak hanya dari bantuan pemerintah saja, tetapi juga dari perorangan maupun lembaga-lembaga yang mempunyai kepedulian sosial.
Di antaranya, para donatur tidak tetap, relawan sosial, Pegadaian Lamongan, unit usaha PRNU Kedungwangi, dan UPZIS-LAZISNU PRNU Kedungwangi, yang merupakan donatur tetap LKS NU Al Harokah.
“Kita siap berkolaborasi dengan pihak manapun untuk membantu saudara-saudara kita yang kekurangan,” kata Widyanto.
Sementara itu, Ketua PCNU Babat KH Makmun Afandi mengapresiasi apa yang telah dilalukan PRNU Kedungwangi. Pertama, Gus Makmun merasa senang karena yang ia tunjuk untuk mengikuti PWNU Jatim Award berhasil menjadi NU termaju kedua di Jawa Timur untuk kategori ranting.
“Itu artinya mengomel NU Kedungwangi bisa menjadi proyek percontohan atau mengomel percontohan mengenai tata kelola organisasi untuk mengomel ranting yang lain,” ucapnya.
Kedua, ia merasa senang atas berdirinya LKS NU Al Harokah. Melihat dari namanya, Al Harokah artinya bergerak atau pergerakan. Atau, memiliki arti sama dengan An-Nahdlah (kebangkitan).
Di sisi lain, ia banyak mengulas tentang mabadi khairu ummah. Yakni, prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengupayakan terbentuknya tatanan kehidupan masyarakat yang ideal dan terbaik, warga yang mampu melaksanakan tugas-tugas amar ma’ruf nahi munkar.
“Pertama, Ash-Shidqu yang artinya kejujuran atau kebenaran, kesungguhan. Jujur dalam arti satu kata dengan perbuatan ucapan dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang dibicarakan. Tidak memutarbalikkan fakta dan memberikan informasi yang diharapkan, jujur saat berpikir dan bertransaksi,” katanya.
Kedua, Al-Amanah wal Wafa bil ‘Ahdi. Yaitu melaksanakan semua beban yang harus dilakukan terutama hal-hal yang sudah menjanjikan. Karena itu, kata tersebut juga diartikan dapat dipercaya dan setia serta tepat pada janji, baik dalam hal yang bersifat diniyah maupun ijtimaiyah.
“Semua ini untuk menghindarkan beberapa sikap buruk, seperti penjahat dan berkhianat. Karena amanah ini dilandasi kepatuhan kepada Allah,” ungkapnya.
Ketiga, At-Ta’awun. Yaitu tolong-menolong merupakan pengirim utama dalam tata kehidupan masyarakat, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Ta’awun berarti menyayangi setia kawan, gotong royong dalam kebaikan, dan takwa. Ta’awaun mempunyai arti timbal balik, yaitu memberi dan menerima.
“Oleh karena itu, sikap ta’awun mendorong orang untuk mengantisipasi kreatif agar memiliki sesuatu untuk disumbangkan pada yang lain untuk kepentingan bersama, yang ini juga berarti langkah untuk mengkonsolidasi masyarakat,” ujarnya.
Dalam penutup kajiannya, Gus Makmun mengatakan bahwa di Nahdlatul Ulama ada dua golongan yang tak terpisahkan, yaitu jamaah dan jamiyah. “Kalau NU itu hanya sekadar mengikuti amalan-amalan NU, misalnya tahlilan, manakiban, shalawatan, dan lainnya. Sedang jamiyah NU itu artinya mengamalkan amalan-amalan NU juga menjadi bagian struktur organisasi NU,” tuturnya.
Sekretaris MWCNU Sambeng Ustadz Fathul Mubin mengingatkan agar Nahdliyin selalu mengutamakan persatuan dari pada kemanfaatan. Segala sesuatu yang dilakukan jangan sampai keluar koridor, ada Perkum yang mengatur.
“Ada garis instruksional dari atas ke bawah yang harus selalu dipatuhi. Karena hal itu merupakan amanah organisasi,” terangnya. (Hen/Hb)