Majalahaula.id – Pondok Pesantren Jalaluddin Ar-Rumi (PPJA), Jatisari, Jenggawah, Jember, mengadakan acara Peringatan Nuzulul Quran (NQ).
Acara ini mengangkat tema “Penafsiran Alquran Ahlussunnah Wal Jamaah, Menghadapi Paham Radikalisme Global” dengan menghadirkan pembicara Drs. KH. Abdul Hamid Hasbullah, Pengasuh PP. Al-Azhar.
Dalam ceramahnya, Kiai Hamid menerangkan tentang bagaimana berinteraksi dengan Al Quran. Menurutnya, terdapat 4 perlakuan terhadap Al Quran, yakni: (1) Mengimani Al Quran berikut seluruh isinya, (2) membacanya, (3) memahaminya dan (4) mengajarkan/menyebarluaskannya.
Di antara keempat hal di atas, Kiai Hamid lebih fokus membahas mengenai pemahaman terhadap Al Quran.
Menurutnya, selain karena menjadi tema pengajian, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang paling penting diketahui oleh para santri. Terlebih, mereka berada di lingkungan masyarakat Jember dengan ragam paham yang dianut, tak terkecuali paham yang berseberangan dengan prinsip moderasi beragama ala Ahlussunnah Wal Jamaah, akibat kesalahpahaman terhadap teks-teks suci.
“Pemahaman terhadap Al Quran harus bersanad. Dan di Pesantren inilah para santri bisa mendapatkan itu. Pengasuhnya jelas, alumni Annuqayah Sumenep dan Lirboyo Kediri.” Ujarnya.
“Saya berharap para santri dapat menuntaskan masa belajarnya di pesantren, sampai benar-benar kokoh akidahnya.” Imbuhnya di hadapan jamaah Pengajian yang terdiri dari para santri putra dan putri serta muslimat anggota Majelis Taklim Al-Hamidiyah.
Kiai Hamid juga mewanti-wanti para santri agar tidak mudah terpesona dengan penampilan luar seseorang yang belum jelas paham keagamaannya. “Jangan terpedaya dengan yang pertama kali kau lihat, karena yang muncul pertama kali ada fajar kadzib, muncul sekejap lalu sirna.” Tegasnya.
Benih radikalisme, menurut Kiai Hamid, telah muncul sejak masa Nabi, terus ada dan berkembang hingga masa kini. Untuk itu, pesantren menjadi tumpuan utama dan benteng yang kokoh dalam menjaga akidah umat yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah.
Kiai Hamid juga menjelaskan tentang dua macam fitnah, yakni fitnah syahwat dan syubhat. Yang kedua lebih berat daripada yang pertama. Fitnah syahwat dapat diobati dengan memperbanyak mengingat mati, sedangkan fitnah syubhat diobati dengan belajar ilmu pengetahuan agama yang benar.
Sementara itu, dalam sambutannya mewakili Pengasuh Pesantren, KH. Moh. Al-Faiz Sa’di menyampaikan bahwa selain memperingati malam turunnya Alquran, acara tersebut juga sekaligus sebagai penutupan kegiatan Ramadlan 1444 H di PPJA.
“Besok para santri akan dijemput oleh orang tuanya. Niatkan tidak sekedar liburan, melainkan juga berdakwah. Selama di rumah, diharapkan untuk selalu menjaga akhlakul karimah, memelihara hafalan Al Quran, membatasi penggunaan HP, dan kembali ke pondok tepat waktu.” Pesan Kiai Faiz.
Acara peringatan NQ di PPJA ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin langsung oleh Pengasuh Dr KH A Malthuf Siroj MAg.