Majalahaula.id – Ahli tafsir Indonesia kenamaan ini memaknai Al-Qur’an bagi dirinya sebagai sahabat. Ia merasa kekurangan atau kehilangan jika tidak membaca atau mempelajarinya.
“Sahabat itu selalu hadir bersama sahabatnya walaupun fisiknya tidak hadir. Dengan bersahabat dengan Al-Qur’an, dia akan menyampaikan kepada anda rahasia-rahasianya yang tidak dia sampaikan kepada yang bukan sahabat,” ungkapnya dalam diskusi eksklusif Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) dengan Prof Quraish yang ditayangkan di kanal Youtube NU Online, Sabtu (08/04/2023).
Dirinya menambahkan bahwa dalam hal ini, sahabat memiliki kriteria tingkatannya masing-masing. Ada sahabat yang berusaha untuk menjadi sahabat sekarib mungkin, namun belum tentu sahabat ini menganggapnya sebagai sahabat yang karib. “Semakin dekat seseorang kepada sahabatnya, semakin dia merasa tidak bisa berpisah dengannya,” ungkapnya.
Ditanya terkait apakah Prof Quraish, yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat, masih belum bisa menjangkau rahasia-rahasianya? Ia menjelaskan bahwa tidak semua manusia bisa menjangkau kandungan Al-Qur’an. Dan sealim apapun orang, ia tidak mungkin dapat memahami firman-firman Tuhan secara utuh. “Sebagaimana halnya anak kecil, tidak mungkin dapat memahami ucapan-ucapan orang tuanya. Itu antarmanusia. Apalagi antara makhluk dengan Tuhan,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan bahwa setiap saat, Al-Qur’an bisa menampakkan makna-makna baru yang belum diketahui oleh para pendahulu. Sehingga ia masih ingin terus mengkaji makna-makna Al-Qur’an walaupun ia telah menulis kitab tafsir yang populer di Indonesia yakni Al-Misbah.
Menurutnya, seiring waktu berjalan, masih saja ada hal-hal baru yang belum ia kemukakan di Tafsir Al-Misbah. Semakin ia membaca dan memahami Al-Qur’an, ia merasa mengaku makin banyak yang ia tidak tahu.
Pada kesempatan tersebut, Prof Quraish mengungkapkan kekagumannya pada para mufassir terdahulu yang memiliki kemampuan luar biasa dalam memahami Al-Qur’an. Di antaranya adalah Ibnu Katsir yang menjadi mufassir klasik favoritnya. Ibnu Katsir menurutnya banyak mengaitkan Al-Qur’an dengan Hadits-Hadits Nabi Muhammad SAW.
Selain Ibnu Katsir ia juga mengungkapkan kelebihan-kelebihan para ahli tafsir pendahulu lainnya seperti As-Sya’rawi yang mampu menjelaskan kandungan Al-Qur’an dengan kedalaman pengetahuan bahasanya sehingga bahasanya mudah dan mudah pula dipahami banyak kalangan. (Ful)