Majalahaula.id – Lembaga nirlaba Palestinian Prisoners’ Club mengungkap telah menahan 2.200 warga Palestina sepanjang tahun ini, yang menduduki Tepi Barat dan Yerusalem. Sebagian besar dari jumlah mereka yang ditahan tersebut, dilakukan selama bulan suci Ramadlan dan di Yerusalem.
Dilansir dari tempo.com menurut data Palestinian Prisoners’ Club, ada 1.200 orang ditahan di Yerusalem, dari jumlah tersebut 440 orang ditahan saat subuh pada Kamis, 6 April 2023 di Al-Qibli aula utama Masjid Al-Aqsa. Tentara Israel banyak mengincar warga Palestina di Yerusalem sejak bulan suci Ramadlan dimulai dua pekan lalu. Penangkapan ini pun telah menjadi kebijakan Isreal sejak 2021.
Palestinian Prisoners’ Club juga mengungkap beberapa dari mereka yang ditahan itu, sudah lebih dari 40 kali bolak-balik ditahan dalam beberapa tahun terakhir. Para tahanan itu, dibebaskan setelah membayar uang denda atau menjalani tahanan rumah dan dideportasi, khususnya dari Kota Tua termasuk Masjid Al-Aqsa.
Palestinian Prisoners’ Club menduga langkah Israel ini adalah bagian dari kampanye untuk mengosongkan Kota Tua Yerusalem dari warga Palestina.
Sebelumnya pada Rabu pagi, 5 April 2023, kepolisian Israel menyerang warga Palestina yang berada di Al-Qibli, yakni area solat Masjid Al-Aqsa. Mereka menahan sekitar 350 jamaah yang beribadah di sana.
Bagi umat Muslim, masjid Al-Aqsa adalah masjid paling suci ketiga setelah masjidil haram dan masjid nabawi. Sedangkan umat Yahudi menyebut kawasan Masjid Al-Aqsa sebagai Temple Mount dan tempat suci juga bagi mereka.
Sejumlah kelompok ekstrimis menyerukan penyerangan ke komplek Masjid Al-Aqsa pada peringatan paskah yang diperingati oleh umat Yahudi. Peringatan ini, dimulai selama sepekan terhitung mulai 5 April.