Search

Pondok Pesantren Al Manshuri Probolinggo, Dampingi Para Lansia Istiqomah Baca Al Quran

Majalahaula.id – Tidak ada kata terlambat untuk belajar, sekitar 30 orang santri lanjut usia (Lansia) datang untuk belajar dan mengaji di Pondok Pesantren Al Manshuri Probolinggo. Dengan berbagai alasan mereka memperbaiki masa belajar yang habis di masa muda.

Ada yang beralasan dulu waktu masih kerja tidak sempat mengaji karena memiliki ikatan dinas. Sehingga dari mereka di masa muda waktunya terbuang untuk pekerjaan. Selain itu ada juga yang ingin di masa tua lebih produktif dan lebih dekat kepada Allah SWT.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Manshuri Ny Hj Karimah Manshur menceritakan, banyak alasan bagi para lansia untuk datang ke pesantren. Seperti, memperbaiki agama, belajar agama, istiqomah belajar Al Quran, memulai apa yang tertinggal pada masa muda dan lain sebagainya.

Baca Juga:  Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Kembangkan Pertanian Hidroponik

“Santri yang baru belajar Al Quran rata-rata adalah pensiunan. Baik dari guru, pekerja kantoran, pekerja dinas, dan sebagainya. Ketika pensiun mereka langsung niat belajar mengaji,” tutur Nyai Karimah.

Kurang lebih ada sepuluh orang lansia pemula yang belajar Al Quran. Sedangkan 20 orang lainya, datang untuk belajar istiqomah tadarus Al Quran. Selain pembelajaran Al Quran, para lansia juga diajak mengikuti berbagai pengajian.

“Jadwal mengaji Al Quran diadakan pada Senin dan Selasa. Dilanjut, Rabu ada Khataman Quran, Pembacaan Manaqib, dan Dibaan. Kemudian pada Kamis dilaksanakan pengajian Tafsir Jalalain, dilanjutkan Shalat Dhuhur berjamaah dan Shalat Sunah Tasbih,” ungkap Putri dari KH Manshur Anwar Pacul Gowang Jombang ini.

Baca Juga:  Dirikan Pesantren Aswaja, Cegah Radikalisme di Sulawesi Tenggara

Nyai Karimah bercerita, ada salah satu kisah menarik dari salah satu santri lansia yang mengaji. Almarhumah Ibu Rusnah, merupakan seorang pedagang sayur di pasar tradisional di Probolinggo. Usianya saat itu menginjak 70 tahun. Namun pandangan matanya masih bagus untuk bisa membaca Al Quran. Menjadi salah satu santri yang semangat belajarnya tinggi pada saat itu. Sampai, usia di atas 70 tahun memutuskan untuk berhenti berdagang dan fokus mengikuti pengajian.

“Almarhumah selalu hadir tepat waktu Pukul 07.00 lebih awal dari teman-temannya. Sampai suatu hari tiba-tiba mengalami sakit. Sehingga harus membawa kursi sendiri ketika mengaji,” papar Nyai Karimah.

Namun, lanjut Nyai Karimah, rasa sakit di lututnya tidak menjadi halangan. Almarhumah bahkan tidak pernah absen datang. Mulai Senin-Jumat hingga rutin mengikuti Shalat Tasbih, Dhuhur, dan Shubuh berjamaah.

Baca Juga:  Ponpes Assiqoyaturrahman Plered, Lahirkan Kiai Muda Kader Rijalul 

Sampai suatu hari, Almarhumah merasa tidak enak badan ditengah-tengah proses mengaji. Hingga memutuskan untuk langsung diantarkan ke rumah sakit. Dalam kondisi masih memakai seragam pengajian.

“Saat itulah hari terakhir seragam itu dipakai. Sampai akhir hayatnya Almarhumah meninggal dalam keadaan mengaji,” kenang Nyai Karimah yang aktif sebagai Ketua Muslimat NU Probolinggo pada 1995.

Kejadian ini bisa menjadi inspirasi, menjadi gambaran dari hadis nabi yang tuntutlah ilmu dari kandungan sampai liang lahat.

“Jadi orang yang mencari ilmu itu tidak ada batasnya mulai dari dalam kandungan sampai meninggal semoga kisah ini menginspirasi bagi kita semua,” pungkasnya. Dy

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA