Search

Kader ISNU Diminta Transformasi Secara Profesional

Majalahaula.id – Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Prof Ali Masykur Musa menyampaikan di abad kedua NU ini ada berbagai tantangan yaitu mempertahankan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah, kemandirian ekonomi, dan teknokrasi.

Ali Masykur menyebut tantangan pertama yang harus dihadapi ISNU adalah melawan gerakan disiden yang menolak Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Undang-Undang Dasar 1945.

“Barangsiapa yang ingin mengoyak-oyak merah putih, sama saja melawan maidah bernegara dan menolak keberadaan NKRI yang didirikan oleh kerajaan dan ulama,” ucapnya.

Ali Masykur menjelaskan sebelum kemerdekaan, NU sudah berdiri. Bahkan KH Abd Wahab Chasbullah mengumpulkan para intelektual guna memikirkan negara melalui wadah Tashfirul Afkar. Wadah ini menjelma menjadi ISNU.

Baca Juga:  Puluhan Mahasiswa STAI Al-Fithrah Surabaya Kunjungi Aula Media Grup

“ISNU adalah is Nahdlatul Ulama. Jika mau memikirkan Indonesia ke depan, lihatlah NU. Tapi kalau ingin melihat NU ke depan, maka lihatlah ISNU,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indoensia (PMII) masa khidmah 1991-1994 tersebut.

Ali Masykur meminta para intelektual memperkokoh ideologi Aswaja secara paralel. Caranya menyiapkan ‘ladang candradimuka’ bagi pemuda NU untuk dijadikan teknokrat di semua elemen negara.

“Jika negeri ini diisi dengan orang yang tidak paham hubungan kultur dengan negara dan agama, rusak negeri ini,” ungkapnya.

Ia menilai, transformasi budaya masyarakat yang berubah, menjadikan ISNU harus punya cara dakwah yang tepat. Termasuk cara berorganisasi harus adaptif, perilaku berorganisasi harus berubah agar masyarakat tidak mencari panutan yang lain.

Baca Juga:  Zahran Juara 2 Musabaqah Hafalan Al-Qur'an Internasional

“Pengurus harus peka di era digital. Transformasi sebuah organisasi akan mengikuti kondisi zaman. Jika pengurus membuat konten di media digital, maka ada adapsi perubahan,” terangnya.

Selain itu, yang tak kalah penting lagi adalah mengembangkan kemandirian ekonomi. Alumnus Pesantren Panggung Tarbiyatul Ulum Tulungagung ini mengimbau agar anak-anak muda harus dibangun jiwa entrepreneurship agar menjadi konglomerat NU. Jika tercapai, organisasi ini tidak dikatakan organisasi proposal.

“Mari bertranformasilah secara profesional. Pengurus harus konsen pada ISNU, jangan mencabang. Jadikan pilihan dan tempat pengabdian,” ujarnya.

Terkini

Kiai Bertutur

E-Harian AULA