Majalahaula.id – Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) II yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim resmi dibuka. Agenda yang digelar selama 5 hari pada Rabu-Ahad (01-05/03/2023) ini dipusatkan di Gedung Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jatim, Jalan Ketintang Wiyata No 15, Ketintang, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih. Dalam sambutannya, Kiai Miftah menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama itu rafa’ dan nashab, bukan irtifa’ ataupun intishab.
“Kenapa? Karena pada diri NU, pada dzatiyahnya ada nilai-nilai luhur, akidah, pendidikan kegamaan, kesetaraan, dan sebagainya,” ujarnya dilansir dari NU Online Jatim, Rabu (01/03/2023).
Ia menambahkan, karena NU itu rafa’, maka di dalam berkhidmat di NU harus mengetahui arah gerakannya hendak kemana. Namun, yang perlu diketahui pertama yaitu al-Qashdu wal Ghoyah atau alasan/reaksi dan tujuan. “Itu harus diketahui betul, mimpi utamanya kita itu apa? Karena strategi itu tanpa ghoyah yang jelas tidak akan sampai (lan yufhama),” katanya.
Dirinya menyebutkan, hari ini elemen Nahdlatul Ulama seringkali terbuai dengan hasil survei yang menyatakan warga NU di Indonesia mencapai 60 persen lebih. Namun, pertanyaannya adalah apakah data itu sudah dikantongi? Tentu tidak semuanya.
Pihaknya mewanti-mewanti agar Jawa Timur sebagai episentrum Nahdlatul Ulama dapat mengawali gerakan berbasis data ini. Karena ia harus menjadi contoh, termasuk kaitannya dalam data informasi kader. “Ketika kita mengatakan Jawa Timur sebagai episentrum NU, maka ia harus menjadi contoh mulai dari aspek data informasi kader tersebut,” ucapnya.
Pentingnya Pengkaderan NU
Sementara Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar menekankan pentingnya pengkaderan di Nahdlatul Ulama. Ia mengatakan, organisasi Nahdlatul Ulama wajib terus berjalan dan eksis, tidak boleh mandek. Sebab keberadaan NU untuk mengawal banyak hal, seperti mengawal agama dan mengawal akidah Ahlussunnah wal Jamaah atau Aswaja. Termasuk pula mengawal ekonomi masyarakat dan umat, serta mengawal bangsa dan negara.
Kiai Marzuki menyampaikan, jika risalah NU baik diniyah, ijtimaiyah, juga wathaniyah, sampai berhenti dan mandek serta tidak ada yang mengawal, dikhawatirkan pada saatnya Ahlussunnah wal Jamaah akan kedodoran. “Bisa juga bubar, sebagaimana di beberapa negara yang ahlussunnahnya punah, lalu negaranya juga bubar, dan umat tidak terlindungi nyawanya,” ungkapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Gasek, Malang itu menyebutkan, tantangan NU ke depan semakin berat. Oleh karenanya pengkaderan atau mengupgrade sumber daya manusia (SDM) tidak boleh tidak harus dilakukan.
Dirinya menuturkan, bahwa tagline PBNU di kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf sebagai ketua umum yaitu merawat jagat dan membangun peradaban. Tentu, untuk membangun peradaban dunia perlu menyiapkan SDM yang mumpuni. “Oleh karena itu, pengkaderan itu sangat penting supaya NU bisa berperan di kancah global,” pungkasnya.(Hb)