Majalahaula.id – Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang baru saja meraih gelar guru besar dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengenang sosok Prof KH Ali Yafie sebagai ulama tradisional sekaligus inklusif dan modern.
Menurutnya, Kiai Ali Yafie merupakan sosok yang luas pengetahuan keagamaannya, halus sikap dan tutur katanya, sistematis bahasanya, sederhana penampilannya, dan teguh pendiriannya. “Beliau adalah sosok ulama yang sangat dalam ilmunya, menguasai sangat mendalam tradisi keilmuan salaf, yang menjadi salah satu ciri khas ulama tradisional,” katanya Ahad (26/02/2023).
Di sisi lain, pergulatan intelektual almarhum yang merupakan Rais Aam PBNU 1991-1992 itu merambah lintas batas tradisionalisme Islam. Hal ini tampak dari kemampuannya berbicara secara fasih mengenai fiqih sosial, perbankan syariah, dan juga tentang lingkungan hidup. Di samping itu, sosoknya juga diterima banyak kalangan Islam dari berbagai kelompok dan golongan.
Di NU, Kiai Ali Yafie memperoleh amanah puncak organisasi sebagai Rais Aam. Posisi atau maqam tertinggi organisasi yang disebut oleh KH Ma’ruf yang hanya bisa ditempati oleh shahibul maqam. Kiai Ali Yafie mengundurkan diri dari jabatan Rais Aam demi sebuah prinsip, karena isu SDSB yang pernah menyasar pengurus tanfidziyah PBNU.
Di MUI, Kiai Ali Yafie juga memperoleh amanah tertinggi sebagai Ketua Umum MUI, 1998-2000. Di Munas 2000, sosoknya tidak berkenan untuk diperpanjang amanah tersebut. Akhirnya Munas menetapkan KH MA Sahal Mahfudh menjadi ketua umum pengganti.
Di bawah kepemimpinan Kiai Ali Yafie, inisiasi berdirinya Dewan Syariah Nasional (DSN MUI) dimulai, lembaga yang secara khusus bertugas membahas dan menetapkan fatwa-fatwa produk ekonomi dan keuangan syariah. “Beliau menjadi Ketua DSN MUI yang pertama. Tanda tangan beliau sebagai Ketua DSN terabadikan dalam Fatwa-fatwa DSN MUI di Tahun 2000,” katanya.
Di samping di organisasi NU dan MUI, Kiai Ali Yafie juga dikenal luas sebagai cendekiawan muslim lintas batas. Pemikiran, ide, dan gagasannya modern melampaui lingkungan tradisionalnya. Fasih dengan tradisi kitab kuning, juga akrab dengan tema-tema modernitas dan isu kontemporer. (Ful)