Majalahaula.id – Kiai Shodiqul Amin merupakan Alumni Pesantren Darussalam Blokagung, Banyuwangi dan Pesantren Darul Abror, Sukorejo, Banyuwangi, Jawa Timur. Ia nyantri di dua pesantren besar di Jawa Timur itu mulai dari tahun 1978-1989. Di Pulau Jawa, ia juga lama berkhidmah menjadi Pengurus MABIN (Majelis Pembina Madrasah Diniyah) Se-Banyuwangi Jatim (1983 – 1989). Setelah itu ia tinggal di Sai Bumi Ruwa Jurai Lampung dan merintis sebuah pesantren yang diberi nama Darul Ishlah yang saat ini telah memiliki lebih kurang 850 santri.
“Pondok Pesantren Darul Ishlah berdiri sejak tahun 1999. Alhamdulillah, saat ini sudah memiliki pendidikan Lembaga Formal mulai dari TK sampai dengan perguruan tinggi. Ada juga Pendidikan Non Formal Madrasah Diniyyah Darul Ishlah Ula, Wustho, Ulya, dan Musyawirin,” katanya yang dilansir AULA dari NU Online Lampung Jumat (17/2/2023).
Lembaga tersebut meliputi TK Darul Ishlah, SD Al-Qur’an Darul Ishlah, SMP Darul Ishlah, MA Darul Ishlah, SMK Hasyim Asy’ari Darul Ishlah (HADI), dan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Darul Ishlah yang saat ini memiliki dua jurusan yakni Pendidikan Agama Islam dan Manajemen Pendidikan Islam.
Selain mengasuh pesantren dan juga lembaga pendidikan formal di dalamnya, Kiai Shodiqul Amin juga sangat aktif berorganisasi khususnya di ormas keagamaan. Ayah dari 5 orang putra dan putri ini pernah menduduki beberapa posisi penting di Nahdlatul Ulama dan juga Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Tercatat, beliau saat ini menjadi Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung sejak 2018 dan juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI Kabupaten Tulang Bawang sejak 2017. Khidmah menjadi pengurus NU dimulai oleh Kiai Shodiqul Amin dari level Pengurus Ranting NU Kecamatan Menggala (1992 – 1995), Rais Syuriyah MWC Kecamatan Banjar Agung (1996-1999), pernah menjadi Rais Syuriah PCNU Kabupaten Tulang Bawang.
Putra menantu pertama Kiai Shodiqul Amin yang bernama M. Thohir Muntaha (Gus Thohir) mengatakan bahwa sikap istiqamah dalam melakukan kebaikan dan berjuang syiar Islam menjadi poin penting yang selalu diteladankan ayahnya pada anak-anak. Termasuk berkhidmat di NU dengan istiqomah selalu ditunjukkan oleh sang Ayah yang menurutnya juga dicontohkan oleh kakek dan para pendahulunya.
“Saya sering mendampingi dan nyupiri Abah saat ada kegiatan di PWNU Lampung. Beliau selalu berusaha memprioritaskan undangan dan kegiatan NU di provinsi dan ini menjadi tauladan yang saya bisa rasakan,” ungkap Gus Thohir.