Majalahaula.id – Menteri Agama (Menag) RI ini menyebut bahwa penganugerahan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa kepada tiga perwakilan tokoh agama yang juga tokoh moderisasi agama di dunia, selaras dengan trilogi ukhuwah yang disuarakan KH Achmad Siddiq, Rais ‘Aam PBNU masa khidmah 1984-1991.
“Dengan gelar honoris causa ini UIN Sunan Kalijaga telah memberi praktik yang baik, tidak hanya teori atau diskusi di kelas dan seminar. UIN Sunan Kalijaga telah menggali kembali tradisi lamanya,” kata Gus Yaqut sebagaimana tertulis dalam naskah pidato penganugerahan gelar doktor kehormatan UIN Sunan Kalijaga, Senin (13/02/2023).
“Saya juga mengingat pesan KH Ahmad Siddiq seorang tokoh, alim dari Jember, yang menjadi rais Am PBNU setelah muktamar ke 27 dan terutama menjelang muktamar ke 28 mengenalkan trilogi ukhuwah: ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah,” sambungnya.
Ia menjelaskan, ukhuwah islamiyah sesuai dengan konteks Orde Baru dan relevan di era reformasi, bahwa sesama kelompok dalam umat Islam harus saling memahami, berkolaborasi, gotong royong dan bekerjasama. Ukhuwah islamiyah harus menjadi landasan dalam kehidupan. “Ukhuwah Islamiyah dalam Kementerian Agama di bawah kepemimpinan saat ini selalu berusaha menjalin persaudaraan antar anak bangsa. Anak bangsa yang terbaik akan memimpin dan kita dukung,” jelasnya.
Selanjutnya, ukhuwah wathaniyah sebagai ikatan kebangsaan yang meliputi semua agama di Indonesia. Karenanya, Menag Yaqut menegaskan bahwa Kementerian Agama bukan milik satu agama, tetapi kementerian ini untuk semua agama. “Kementerian agama mengayomi dan melayani semua umat beragama tanpa pandang bulu,” ucapnya.
Terkait gelar honoris causa yang dianugerahkan kepada tiga tokoh dunia, yang salah satunya adalah Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, menurutnya semakin menegaskan visi dan misi kampus, baik dari sisi tradisi maupun wacana akademik yang telah lama tumbuh dan berkembang di UIN Sunan Kalijaga.
“Yang kita lakukan hari ini menganugerahi tiga pemimpin umat bukti kita menuruti dan ngestoaken dawuh Mbah Yai Hasyim Asy’ari bahwa perbedaan iman bukan penghalang kita, dan tidak pada permusuhan,” terang Gus Yaqut. (Ful)